Mohon tunggu...
Dimas Syaiful Amry
Dimas Syaiful Amry Mohon Tunggu... Konsultan Pendidikan Alternatif

Pengasuh di Sanggar Perdikan, sebuah wadah belajar bersama pada pendidikan, pengasuhan, dan pemberdayaan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menembus Kabut Bias di Masyarakat Indonesia

22 Mei 2025   12:42 Diperbarui: 22 Mei 2025   12:42 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam filosofi Jawa, terdapat konsep nglmu (ilmu), kawruh (pengetahuan hidup), dan laku (praktik spiritual dan etika) sebagai satu kesatuan yang membentuk manusia bijak (manungsa waskita). Orang Jawa tidak melihat pengetahuan sekadar sebagai kumpulan data, tetapi sebagai jalan panguripan---penyambung hidup secara holistik.

Dalam beberapa serat atau karya sastra klasik dan ajaran Sunan Kalijaga, manusia diajak untuk eling lan waspada---sadar dan waspada terhadap dirinya sendiri dan realitas yang membentuknya. Ini paralel dengan prinsip conscientizao dari Paulo Freire: kesadaran kritis terhadap struktur dalam dan luar diri.

Budaya Jawa juga mengenal tapa ngrame---bertindak aktif dalam masyarakat namun senantiasa menjaga kejernihan batin. Ini adalah bentuk kehendak sadar (conscious volition) yang menolak pengaruh bias sosial, emosi massal, dan tekanan budaya luar yang tidak kritis.

Kesimpulan Integratif: Pendidikan sebagai Jalan Pembersihan dan Pembebasan

Dengan menyatukan landasan dari neurosains modern, psikologi perkembangan, epistemologi kritis, ajaran Islam, dan kebijaksanaan lokal Jawa, maka arsitektur pendidikan sadar-bias berdiri sebagai sistem yang holistik dan kontekstual.

Ia tidak sekadar membekali anak didik dengan kemampuan akademik, tapi juga memampukan mereka untuk:

Mengenali struktur bawah sadar mereka yang bias,

Melampaui pengaruh sosial dan emosional yang membelenggu kebebasan berpikir,

Menapaki jalan pembebasan diri dan pemurnian jiwa sebagai fondasi peradaban baru.

Inilah misi Perdikan---membangun manusia merdeka: berpikir merdeka, berjiwa merdeka, dan bertindak dengan kebijaksanaan. Sebagaimana semboyan lama para wali dan leluhur: Sapa ngerti, sapa eling, sapa waskita, iku kang lumaku marakak pepadhang.

Inilah esensi pendidikan perdikan yang mengajak setiap individu membangun kembali arsitektur mentalnya agar tidak terjebak dalam jerat manipulasi, melainkan mampu mengendalikan diri dan lingkungan secara bijak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun