Mohon tunggu...
dimas muhammad erlangga
dimas muhammad erlangga Mohon Tunggu... Aktivis GmnI

Baca Buku Dan Jalan Jalan Live In

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Saatnya Membedah Ulang Tap MPRS 1966: Mana Amanat Rakyat, Mana Sisa Kepentingan Kekuasaan

15 Oktober 2025   06:42 Diperbarui: 15 Oktober 2025   09:17 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

---

Bab Opini Khusus: Sikap Marhaenis dan Rakyat Marhaen terhadap Warisan 1966

Pertama --- Prinsip dasar sikap marhaenis: Marhaenisme, jika dipahami sebagai politik yang menempatkan pemenuhan kebutuhan rakyat kecil (buruh, petani, pekerja informal) sebagai inti, harus menuntut tiga hal dari warisan 1966:

1. Keadilan sosial substantif --- Kebijakan dan norma yang mencegah monopoli sumber daya, melindungi pekerja, dan memperkuat kesejahteraan lapisan bawah harus dipertahankan dan dikembangkan. Jika ada ketetapan yang mendukung stabilitas yang benar-benar memperkuat kemampuan negara untuk melaksanakan program pro-rakyat (mis. penataan lahan pro-pertanian rakyat atau perlindungan industri kecil), marhaenis harus mempertahankan dan memperluasnya.

2. Kebebasan sipil dan partisipasi politik --- Marhaenisme sejati tidak identik dengan represi ideologis; ia harus menuntut kebebasan berekspresi, kebebasan berserikat, dan ruang untuk perjuangan politik rakyat. Larangan gagasan yang murni (tanpa tindakan kekerasan) adalah kontraproduktif: ia membatasi pembelajaran sejarah dan strategi perjuangan sosial. Karenanya, rakyat marhaen harus menuntut peninjauan larangan ideologis yang mengekang kebebasan politik.

3. Akuntabilitas dan rekonsiliasi historis --- Marhaenis harus menjadi suara bagi korban --- menuntut akuntabilitas atas pelanggaran HAM dan peristiwa kekerasan masa lalu, bukan menutupinya demi stabilitas semu. Rekonsiliasi yang adil akan memperkuat legitimasi gerakan rakyat di masa depan.

Kedua --- Sikap praktis:

Dukungan selektif: Dukung ketetapan yang jelas melindungi rakyat dari kekerasan dan yang memperkuat kebijakan kesejahteraan.

Penolakan tegas terhadap dogma: Tolak ketetapan yang mempertahankan dogma politik tanpa landasan hukum modern atau yang melanggengkan narasi tunggal.

Kampanye edukasi publik: Marhaenis harus memimpin dialog publik yang ilmiah dan berbasis fakta tentang sejarah 1965--66, menuntut akses arsip, dan mendorong penelitian akademik bebas. Ini adalah cara efektif menghadapi trauma sejarah tanpa membiarkan amnesia atau kebencian turun-temurun.

Agenda ekonomi pro-rakyat: Tekankan bahwa peninjauan Tap harus diarahkan untuk membuka ruang kebijakan pro-kesejahteraan (subsidi tepat sasaran, akses kredit untuk UKM/petani, perlindungan upah), bukan hanya perdebatan simbolik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun