Mohon tunggu...
Cerpen

Cerpen | Hujan di BJK (Bawah Jembatan Kahayan)

18 Februari 2019   17:01 Diperbarui: 18 Februari 2019   20:11 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tak tau apakah aku harus membenci hujan ? Ataukah harus mencintainya ? 

Hujan pernah menorehkan kisah romantis tentang kita, kisah yang tidak akan pernah terhapus dari memoriku tatkala untuk pertama kali bunga-bunga mekar di hatiku. Namun hujan juga berlaku kejam padaku yang membuat bunga-bunga yang mekar itu layu untuk selamanya.

Aku merapatkan jaketku, dingin menelusup ke rongga-rongga sendiku. Ah, hujan lagi.  Aku tetap tak beranjak dari tempatku di sini di BJK dan membiarkan tempias hujan mengenai tubuhku.
Biarlah aku ingin mengenang kisah itu lagi.

Hujan di awal Februari 

                                           
Hujan deras mengguyur kota Cantik membuatku terperangkap sendirian di depan pertokoaan Citra Raya.  Setiap pulang kerja aku selalu menunggu angkot disini. Sudah satu jam lebih aku berdiri di sini, tapi tak ada satupun angkot yang lewat. Hari ini aku pulang agak malam, barang banyak masuk jadi aku terpaksa lembur. Aku bekerja di sebuah Swalayan di jalan A. Yani, aku di bagian gudang.

Hujan semakin menjadi. Aku hampir putus asa, bagaimana mungkin aku bisa pulang kalau hujan seperti ini ? Sebuah motor berhenti di depanku, laki-laki itu turun dari motornya melepaskan jas hujannya dan tersenyum menghampiriku.


"Naiklah, aku akan mengantarmu pulang." Aku menggeleng, aku tidak mengenalnya.  Bagaimana  mungkin aku ikut dengannya.

 "Cepatlah, aku akan mengantarmu pulang",katanya lagi. Aku tetap menggeleng.
 "Oke, kalau kamu tidak mau, tidak apa-apa . Tidak akan ada lagi angkot yang lewat, bermalamlah di situ" Dia kembali ke motornya. Aku melirik jamku, sudah hampir jam Sembilan malam, dengan terpaksa aku ikut dengannya.

"Aku Rein, Reinaldi  aku bekerja di Toko Elektonik di sebelah sana , " katanya sambil menunjuk sebuah toko yang tak jauh dari swalayan tempatku bekerja.

"Aku, Reyna"

"Reynataliasi  , kamu bekerja di Sendys Swalayan kan ?", sambungnya lagi.

"Koq, kamu tahu ?", kataku heran

 "Ya, iya lah. Aku tahu semuanya tentang kamu Reynata. Tenang saja aku pasti mengantarmu pulang dengan selamat , aku janji", katanya sambil melajukan motornya menembus hujan yang semakin menderas.

Dan selanjutnya obrolan ringan pun mengalir tak terbendung hingga tak terasa motornya berhenti di depan rumahku.

"Aku langsung pulang, ya Rey besok pagi aku jemput "


"Gak masuk dulu ", aku mencoba berbasa-basi. Rein menggeleng.


                                                      ***

 "Duh, yang kemaren pulang hujan-hujanan. Siapa,ya ?", kata Shinta menggodaku.


"Siapa sich ?", aku balik bertanya.


"Duh, gak usah ngeles ngaku aza dech...  hujan pembawa berkah-kan ?  ", kata Shinta sambil tertawa. Shinta adalah sahabatku, dia di bagian kasir .  Koq, Shinta tahu,ya ? Perasaan kemaren tidak ada yang melihatku bersama Rein.

"Rey, daftar orderan sudah terkumpul semua, kan ?", suara Kak Vero membuyarkan lamunanku.
Kak Vero adalah kepala gudang, setelah mengumpulan orderan toko biasanya kami langsung ke gudang untuk menyiapkan barang-barang yang akan di bawa ke toko.

Orderan toko sudah selesai, barang-barang sudah di masukkan ke dalam mobil box. Kini  saatnya membuka nasi bungkus dan makan siang, perutku dari tadi sudah nagih minta diisi. Dering sms di HP ku mengurungkan niatku mencicipi suapan pertama " Siang Rey, nanti sepulang kerja aku jemput,ya. By Rein ".  Di jemput lagi? Wow, lumayanlah  hemat ongkos hehehe.

"Kamu gak buru-buru kan Rey ?", kata Rein ketika aku sudah di atas motornya.

"Gak, kenapa ?"

" Aku mau mengajakmu ke BJK, kamu mau ?"

" BJK ? Apa itu ?"

" Ya  ampun, Rey kamu sudah berapa lama sich di kota ini, masa BJK aza gak tau ? Bawah Jembatan Kahayan.  Makanya sekali-sekali nikmati hidup, jangan lembur mulu ", kata Rein sambil terkekeh.

Wow, ternyata BJK sore-sore begini  sangat ramai  banyak anak-anak  bermain dan beberapa pasangan muda-mudi sedang asik menyantap sepiring gorengan  sambil memandang sungai Kahayan yang tampak keruh, meskipun begitu sungai Kahayan tetap mempesona. Di BJK ada banyak pedagang makanan dari aneka gorengan, bakso, sate, soto dan sebagainya dan di BJK juga ada penyewaan perahu.

deskgram.net
deskgram.net
Mei Yang Romantis Sekaligus Tragis


Tak terasa waktu begitu cepat berlalu 3 bulan sudah Rein selalu menemaniku , mengantar-jemput dan jika tidak lembur kami selalu pergi ke BJK, hari  yang menyenangkan selalu kami lewati. Hingga suatu sore Rein mengajakku naik perahu, meskipun awalnya aku menolak karena tidak bisa berenang tapi Rein berhasil menyakinkan aku. Ketika perahu kami agak di tengah  Rein menggengam tanganku dan bebisik

 "Kau tau Rey, sudah lama aku ingin naik perahu bersamamu dan sudah lama juga aku menyukaimu. Aku lalu mencari info tentangmu  dari Shinta ,  dia sepupuku."

"Shinta sepupumu ?". Rein mengangguk. Pantas selama ini Shinta tau semuanya. Ah, anak itu.

"Makasih ya Rey sudah menemaniku selama ini, kau membuat hariku menjadi sangat-sangat indah. Reynata, maukah kau jadi kekasihku ?"

Langit kembali mendung. Rein mempererat genggamannya aku menatap bola matanya, aku  tau ada kesungguhan di situ langit mulai memuntahkan rintiknya aku mengganguk dan dengan yakin mengatakan " Ya". 

"Lihat Rey, hujan menjadi saksi cinta kita. Selama ada hujan, cintaku selalu ada untukmu . Meskipun terkadang, kemarau berkepanjangan dan kekeringan di mana-mana, tapi hujan pasti ada dan akan datang, memberikan kesejukkan dan harapan. Begitupun cintaku, selalu ada untukmu ".

Hujan semakin deras  perahu kami bergrak cepat menuju pantai setelah membayar sewa perahu kami pun meninggalkan BJK dengan bunga-bunga yang bermekaran di hati.

"Masuklah Rein, berteduhlah sebentar aku akan buatkan teh hangat untukmu."

"Tidak usah Rey, aku pulang aza ada yang harus ku kerjakan, besok pagi aku akan menjemputmu lagi. Jaga diri dan jaga hati untukku, ya ".

" Tapi, Rein hujannya semakin deras ", aku berusaha mencegahnya.

" Ah, hujan sudah biasa Rey, aku pulang,ya sayang ", Rein  memelukku, entah mengapa aku tak ingin ia melepas pelukannya.

Andai malam itu aku aku terus-terusan memeluk Rein dan tidak membiarkannya pergi. 
Andai malam itu tidak hujan. Ah, andai...mungkin kecelakaan tunggal itu tak akan terjadi.
Perih kembali terasa di hatiku seakan sembilu di tancapkan lagi disitu.
Aku memandang sungai Kahayan yang semakin keruh. Tuhan kenapa sesuatu yang indah itu begitu singkat ?

BJK benar-benar sepi hari semakin gelap,  abang-abang penjual gorengan pun sudah tak nampak.
Ya, hujan telah membuat semuanya bubar.
Aku menggigil, tempias yang dari tadi menerpa tubuhku membuatku kuyup.
 Aku melangkah meninggalkan BJK meninggalkan kenangan yang tak pernah lekang oleh waktu.

Kota Cantik, 02 Mei 2017

                                                                                     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun