Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Biduan

18 Januari 2022   05:44 Diperbarui: 18 Januari 2022   06:55 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media.25tumbler.com

Dibalik jendela kaca angkot
Yang buram debu jalanan
Kulihat dua wanita menyeret dan mendorong pengeras suara

Celana setinggi lutut dan rambut cat pirang yang dikucir semberawut

Wajah kusam tanpa polesan

Tak ada goyangan dan niat menggoda
Hanya keringat bercucuran
Merekapun bergegas menuju keramaian

Menyapa dan mendekat orang-orang yang melamun

 melihat mereka berhenti sejenak, dan menyodorkan topi demi sekeping perak yang terselip dikantong jeans atau tas rombeng

Angkot ku jalan sungguh pelan
Terdengar suara yang nyaring tak berirama bernyanyi
Semakin laju angkot, suara itu menghilang
Masih kuingat
Helaan napas tak beraturan dan lirik sesuka hati keluar dari jiwa mereka berdua

Orang orang yang duduk termenung di jalanan tak sempat menikmati hiburan
Kepala pusing mikir uang untuk makan
Anak bini di rumah

Bak isi topi si pengamen jalanan, kosong melompong
Cuma bisa menatap sambil berbagi raut wajah senyum
Ketika lagi tak bisa bantu apa-apa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun