Mohon tunggu...
Dila AyuArioksa
Dila AyuArioksa Mohon Tunggu... Seniman - Motto Lucidity and Courage

Seni dalam mengetahui, adalah tahu apa yang diabaikan -Rumi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Bernoda Hitam Berhati Malaikat

18 Agustus 2019   11:55 Diperbarui: 18 Agustus 2019   20:16 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: blogpengetahuan.blogsop.com

Lelaki parubaya tersebut terdiam dan menghitung biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap semester


"Anak apak yang pertamo kuliah di Bandung 7 juta semester, yang di jakarta 8 juta terus anak apak yang di Pasundan 10 juta, Dua orang kuliah teknik dan satu lagi hukum" dengan nada suara yang masih semangat

Saya dan teman kaget mendengar biaya yang harus dikeluarkan dan dicari bapak tiap tahunnya." Masha Allah Pak, Mahal juga ya Pak" kami salut melihat bapak yang tidak mengeluh.

Mendengar cerita bapak tersebut Saya dan teman bersyukur bisa kuliah  negri dan berkesempatan mendapat beasiswa bidikmisi. Beasiswa tersebut sangat berjasa selama Saya kuliah dan mengurangi beban orang tua di kampung.

"Dalam minggu iko Bapak harus mencarikan piti 12 juta untuk ujian akhir  anak apak yang di Jakarta" wajah murungpun yang tidak bisa disembunyikan  muncul di wajah bapak tua itu.
Dilihat dari fisik sepertinya Lelaki tersebut masih berumur 45 tahunan. Namun mendengarkan cerita dan perjuangan yang dia ceritakan, bapak tersebut terlihat tua dari umurnya.


Wajah murung tersebut ditepis bapak ketika dia membuka hp dan mencari poto anaknya yang semua kuliah di Jawa
'koh nak, anak apak yang padusi kuliah di Jakarta" bapak pun tersenyum
Dia menyodorkan hpnya kepada kami


Tanpa sungkan Saya mengambil hpnya" wah cantik ya anak bapak" kami pun tersenyum
Didalam photo kami melihat photo perempuan yang sedang berbahagia hidup di Kota dengan style anak zaman sekarang, yang hidup tanpa kekurangan. Tidak sengaja Saya juga kepo dengan beranda Facebook anak bapak, yang penuh dengan photo selfie makan di sebuah cafe dan liburan di berbagai Wisata  di Jawa.


Saya dan teman saya kode-kodean dengan menatap satu sama lain, melihat kehidupan yang bertolak belakang dialami oleh bapak di kampung dan Si buah hati di Kota.

Kemudian bapak mengambil hpnya kembali dan mencari poto anak selanjutnya yang kuliah di hukum yang sudah bekerja di sebuah intansi.
"Iko anak apak yang partamo yang lah dapek karajo di Jakarta"
'rancak tuh  Pak, lah karajo, jadi bisa bantu bapak biaya kuliah adeknya"

Bapak tersebut mengelengkan kepalanya
"Kalau biaya kuliah adeknya itu masih bapak yang mencari alhamdulilah bapak masih kuat dan bercekupan disiko"

"Tapi, Pak dia kan udah kerja, otomatis anak apak lah punyo gaji tetap di sinan, apolai gajin di Jakarta pasti tinggi tuh Pak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun