Prolog: Saya sempat berharap, dengan dihapusnya sistem zonasi dan diganti menjadi sistem domisili dalam PPDB 2025, akan membawa angin segar bagi dunia pendidikan kita. Tapi semakin saya pelajari, ternyata sistem baru ini belum tentu lebih baik.
Zonasi memang punya banyak cacat. Tapi sistem domisili juga punya lubang yang bisa menyisakan persoalan lama---hanya berganti baju. Mari kita bedah satu per satu.
1. Manipulasi Domisili Tetap Bisa Terjadi
Salah satu alasan zonasi dulu banyak dikritik adalah karena alamat di KK bisa dimanipulasi. Sayangnya, sistem domisili ini pun masih membuka celah serupa:
Banyak orang tua bisa sewa rumah sementara dekat sekolah demi lolos seleksi.
Surat keterangan domisili dari RT/RW juga berpotensi dijual.
Tanpa verifikasi lapangan yang ketat, praktik manipulasi ini justru akan terus berulang.
2. Kualitas Sekolah Belum Merata
Masalah klasik lainnya adalah kesenjangan mutu antar sekolah negeri. Meskipun sistem seleksi diubah dari zonasi ke domisili, masyarakat tetap berlomba-lomba masuk sekolah favorit.
Artinya: