Waktu berlalu. Tiga tahun kemudian, Laila kembali ke kota itu. Kali ini bukan untuk kembali pada Bayu, tapi untuk menghadiri pernikahan seorang teman lama.
Ia berjalan di trotoar yang dulu sering mereka lewati bersama, lalu berhenti di depan kafe yang dulu menjadi saksi perpisahan mereka. Tidak ada niat untuk masuk---hanya sekadar nostalgia.
Namun, tepat saat ia hendak melanjutkan langkah, seseorang keluar dari kafe itu.
Bayu.
Waktu tak banyak mengubahnya. Rambutnya masih sedikit berantakan, matanya masih menyimpan tatapan yang sama---hangat tapi penuh misteri.
Bayu juga melihat Laila. Sesaat, hanya keheningan yang mengikat mereka berdua.
Lalu, Bayu tersenyum kecil. "Kau masih bisa melihatku, kan?"
Laila mengangguk. "Dan kau masih di sini."
Bayu menatapnya lekat-lekat, seolah ingin memastikan sesuatu. Kemudian, dengan nada yang ringan, ia berkata, "Aku sudah janji."
Laila tertawa kecil. Entah pada dirinya sendiri, entah pada keajaiban kecil yang baru saja ia sadari---bahwa yang ia cari selama ini bukan kepastian, tapi tempat untuk kembali.
Jeda mereka memang panjang, tapi itu bukan akhir.