Mohon tunggu...
Didi Suprijadi ( Ayah Didi)
Didi Suprijadi ( Ayah Didi) Mohon Tunggu... Pendidik, pembimbing dan pengajar

Penggiat sosial kemasyarakatan,, pendidik selama 40 tahun . Hoby tentang lingkungan hidup sekaligus penggiat program kampung iklim. Pengurus serikat pekerja guru.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cerita Hari Ini, Ular Sanca Penunggu Pohon Randu.(Bagian 8)

9 Oktober 2025   05:26 Diperbarui: 9 Oktober 2025   05:26 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mbah Darto mengangguk pelan.
"Betul. Pengorbanan Kyai Hasan hanya menunda. Tapi isi perjanjian asli dalam buku ini jauh lebih kelam."

Ia menunjuk pada satu halaman yang gambarnya masih jelas: sebuah simbol ular melilit pohon randu, di bawahnya ada goresan kalimat:

"Setiap tiga generasi, satu jiwa harus kembali pada penjaga tanah, agar panen tetap terjaga dan kampung tetap hidup."

Bang Mus tercekat membaca tulisan itu.
"Berarti... sebentar lagi mereka akan datang lagi... menagih jiwa baru?"

Mbah Darto menutup buku itu dengan keras, seolah takut semakin banyak orang tahu.
"Ya. Dan kali ini, mereka tak akan hanya menuntut satu orang. Karena janji sudah banyak dilanggar, mungkin kampung ini seluruhnya jadi tebusan."

Di luar rumah, angin tiba-tiba berhembus kencang. Suara bambu berderak, daun-daun beterbangan, dan samar-samar terdengar desis panjang... seolah mengingatkan bahwa rahasia itu tak seharusnya diungkapkan.

Bang Mus menggenggam buku tua itu erat-erat.
Ia sadar, isi perjanjian yang selama ini disembunyikan bisa jadi awal dari bencana yang lebih besar.

Pesan moral yang ingin disampaikan oleh para leluhur kita bahwa untuk menjaga bumi dan lingkungan juga harus memperhatikan flora dan fauna termasuk seekor ular. Karena saat itu belum berkembang ilmu pengetahuan maka pembelajaran merawat bumi cukup dengan menyampaikan cerita cerita rakyat melalui bertutur secara turun temurun.

(Bersambung )

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun