Setiap hari kita dibanjiri informasi yang tak ada habisnya. Dari layar ponsel, kita menyaksikan tragedi global, perdebatan politik yang memanas, hingga tekanan untuk terus-menerus produktif. Kita telah berubah menjadi konsumen data yang tiada henti, merasa ada kewajiban tak tertulis untuk tahu semua hal. Namun, pernahkah Anda berhenti sejenak dan bertanya: apakah jiwa dan pikiran kita sanggup menanggung beban ini?
Rasa lelah, cemas, dan marah yang muncul akibat paparan informasi berlebihan bukanlah tanda kelemahan, melainkan respons alami dari otak yang kewalahan. Kondisi ini sering disebut information fatigue atau kelelahan digital. Kita terjebak dalam siklus doom scrolling---terus-menerus menggulir layar untuk mencari berita buruk---yang tanpa sadar menguras energi mental dan emosional. Kita mulai merasa bersalah jika tidak mengikuti setiap isu, dan terjebak dalam perbandingan dengan orang lain yang terlihat lebih "peduli."
Mengenali Batasan Diri dan Kebutuhan Jiwa
Langkah pertama untuk melawan kelelahan digital adalah dengan jujur pada diri sendiri. Sadarilah bahwa Anda bukanlah mesin yang dirancang untuk memproses data tanpa henti. Anda adalah manusia yang membutuhkan jeda, relaksasi, dan ruang untuk bernapas. Menarik diri dari keramaian digital untuk sementara waktu bukanlah tindakan egois, melainkan bentuk self-preservation atau menjaga diri.
Bagaimana cara melakukannya?
Tentukan Waktu Bebas Layar: Tetapkan waktu-waktu tertentu dalam sehari untuk benar-benar jauh dari ponsel dan komputer. Gunakan waktu itu untuk melakukan hal-hal fisik, seperti membaca buku, memasak, berkebun, atau sekadar menatap langit.
Kurasi Sumber Informasi: Anda tidak perlu mengikuti semua media sosial atau setiap grup pesan. Pilih satu atau dua sumber berita terpercaya yang Anda lihat sekali sehari, lalu tutup aplikasi tersebut. Ingat, tidak tahu semua hal tidak akan membuat Anda menjadi pribadi yang kurang baik.
Temukan Destinasi Hati: Di tengah isu-isu berat, pikiran kita membutuhkan tempat untuk berlabuh dan beristirahat. Carilah hiburan yang benar-benar Anda nikmati dan membuat Anda tersenyum. Menonton film komedi, mendengarkan musik favorit, atau kembali pada hobi yang sempat terlupakan bisa menjadi "vitamin" bagi jiwa yang lelah.
Menghindari Jebakan Perbandingan dan Penghakiman
Salah satu hal paling melelahkan dari media sosial adalah budaya penghakiman yang cepat. Seseorang yang memilih untuk tidak menyuarakan pendapatnya tentang suatu isu sering kali dicap sebagai "tidak peduli." Hal ini menimbulkan tekanan untuk terus berpartisipasi, bahkan ketika kita sedang tidak dalam kondisi mental yang baik.