Pukul 16.20 di ruang kelas XI MIPA 7.
I’ah dan Haifa masih sibuk mengerjakan PR berdua. Daripada dibawa ke rumah tak tempat bertanya atau diskusi, kedua bersahabat itu sering memilih mengerjakan PR sepulang sekolah.
“Ah! Bukannya kamu belum shalat ‘Asyar?” kata Haifa tiba-tiba mengingatkan. I’ah terhenyak. Dahinya berkerut.
“Bukannya aku sudah shalat bareng kamu tadi?”
“Ealaaah Ah, itu kemarin! Yang bareng aku itu kemarin!”
“Ya Allah ya Rabb! Bener Fa! Aku lupaaa! Astaghfirullah ..... untung Tuhan Maha Pengampun Fa!”
“Iya sih, Tuhan memang Maha Pengampun, tapi jangan dimanfaatin gitu!”
“Iya ... iya.... aku shalat dulu ya!”
Ruang kelas hanya beberapa langkah dari masjid sekolah.
Suasana sudah sepi. Hanya tampak beberapa anak lain di kejauhan, satu penjaga sekolah sedang mengangkut sampah. Masjid telah sepi. Sepintas gadis itu hanya melihat ada tiga pasang sepatu. Ia melihat beberapa anak laki-laki sedang duduk di dalam masjid. Setelah melepas sepatu, I’ah mengambil air wudlu.
Di lantai dua, tempat shalat akhawat sepi. Tak ada siapa-siapa. Gadis itu shalat sendirian. Sekitar tujuh menit ia melakukan shalat, kemudian membereskan mukena. Menuruni anak tangga lantai dua, pikirannya telah ada di kelas untuk urusan melanjutkan mengerjakan PR. Sampai di teras ia menuju tempat menyimpan sepatu.