Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Cincin Sang Dokter Muda

7 Desember 2017   09:42 Diperbarui: 4 April 2018   09:59 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sejak SMA?"

"Yaaaa... sejak De Salma kelas X."

"Kelas X? Lama sekali?"

"Semua akan De Salma percayai nanti. Emmm...  nanti De Salma copy video ketika kita ada di parkiran motor. Ketika De Salma coba bantu mengangkat motor memegang stang, cincin itu masih kelihatan. Di video ketika kita ketemu siangnya, De Salma menutup wajah karena masalah nama, di situ tampak De Salma sudah nggak pakai cincin."
"Artinya cincin itu ada kemungkinan jatuh?"
"Ketika aku mau mengangkat motor yang roboh,  aku menjatuhkan pulpen. Begitu pulpen dekat cincin, cincin ini aku ambil."
"Kenapa Kak?"
"Itulah De, aku minta maaf dulu atas kelakuanku."
"Nggak apa-apa Kak."
"Aku pernah simpati kepada seseorang ketika dulu acara bersama OSIS Nesama-Netima, simpati kepada anak Netima."

"Och!"

"Dia  bernama Salma Ghaisani."


"Och!"

"Maka ketika ada momen seperti itu dulu, secara cepat aku memutuskan untuk menyimpan benda itu. Mengapa? Sebab aku tak pernah membayangkan momen seperti ini bakal terulang lagi."
"Kak..."
"Benda itulah yang selama ini mewakili De Salma. Pertemuan yang tak terlalu banyak di SMA, ternyata akhirnya bagi Arvino justru setiap saat ketika aku kangen, aku ingat De Salma, aku bisa menimang cincin ini."
"Kaak...."
"Maafka Arvi ...."
Salma tak menjawab. Perlahan gadis itu memasukkan cincin ke jarinya. Benda itu kini menghiasi jarinya. Pas. Begitu cincin telah melingkari jarinya, gadis itu tersenyum tertahan. Air matanya kembali mengembang.
"Terima kasih Kak ... sudah merawat cincin ini."
"De Salma tahu mengapa saya berani menyimpan cincin ini?"
"Nggak tahu..."
"Karena Arvi ini punya keyakinan, bahwa suatu saat cincin ini bakal kembali ke pemiliknya. Maksudku kembali lagi setelah kita dewasa. Dan cincin yang hilang di almamater, hari ini telah kembali lagi, juga di almamater kita. Dan benar, doaku dikabulkan Allah, cincin kembali setelah kita dewasa seperti sekarang ini. Maafkan Arvi ...."
Salma diam. Ia masih mengelus-elus cincin di tangannya.
"De ....."
"Ya?"
"Arvi tak bisa melupakan De Salma ...."
"Nggg..."
"Suatu saat, jika Arvi masih ada kesempatan, dan masih ada yang memberikan kesempatan, akan ada cincin lain dari Arvi untuk menghiasi jari De Salma."
"Kak.."
"Cincin untuk gadis yang tak banyak Arvi kenal, tetapi selama ini aku doakan menjadi gadis yang akan selalu aku kenal sepanjang hidupku."
Salma tak menjawab. Sekilas mata Salma melirik ke arah Arvino. Pemuda itu tengah tersenyum. Salma merasakan getaran aneh dalam dadanya. Suatu rasa yang tak pernah ia rasakan dulu.
"De Salma, jawablah ......"
Lama gadis itu tak menjawab. Ia mengambil nafas dalam, kemudian mendesah perlahan.
"Terima kasih Kak Arvi, Kakak telah merawat cincinku selama ini ...."
Salma berkata sambil mencium perlahan cincin itu. Arvino melihat ada  air mata meleleh menyusuri pipi gais itu.
Alvino mendesah. Bibirnya terkatub, perlahan dokter muda itu mengucapkan syukur. Ia tak menerima jawaban, namun ucapan terima kasih dan air mata adalah jawaban dari Salma. Gadis yang dicintai lewat cincin. ***
                                                   Majalengka, 7 Desember 2017

* Request Salma Ghaisani Aqmar Wahnadian

     Kelas XII MIPA 5 Tahun Pelajaran 2017/2018

     SMA Negeri 1 Majalengka - JawaBarat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun