Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Lebaran Sebatang Kara

4 Juli 2016   22:33 Diperbarui: 4 Juli 2016   22:58 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Darto mendesah. Ada SMS dari Ahmad di kampung.

Laki-laki itu selalu membayangkan wajah Ahmad adalah hutang. Dulu, sebelum merantau ke Jakarta ia berhutang ke Ahmad uang sebesar lima juta. Untuk modal usaha. Walau sebenarnya uang sebesar itu jika untuk modal usaha dagang kecil-kecilan di Purbalingga juga bisa, tetapi ia lebih memilih merantau ke Jakarta.

“Ayahmu sakit To, aku yang merawatnya. Kalau ada uang, kirimi aku lima juta untuk berobat ayahmu!”

Darto kembali membaca SMS Ahmad. Lima juta? Apakah Ahmad sedang menyindirnya untuk segera melunasi hutangnya? Laki-laki itu tak berani membalas SMS Ahmad.

Ayah Darto memang telah sendirian. Ibunya telam lama meninggal. Laki-laki tua yang dulu ditinggalkan merantau, memang telah memintanya untuk tidak usah memikirkan dirinya. Kalau urusan makan, gampang katanya. Itulah kalimat yang membuat Darto dengan nyaman melenggang merantau ke Jakarta.

Kini dua lebaran laki-laki itu meninggalkan desanya. Meninggalkan ayahnya. Usahanya di Jakarta ternyata tak memenuhi harapan. Modal semakin tipis. Semua yang diperoleh hari itu hanya bisa dihabiskan untuk makan. Membayangkan hutang kepada Ahmad sebesar lima juta, rasanya seperti melihat gundukan bukit berada di depan matanya. Ya, bukit yang sulit untuk didaki. Ditambah lagi kini ada SMS yang mengabarkan ayahnya sakit.

“Kamu jangan sindir aku dengan hutangku Mad. Hutangku akan kubayar, nanti, kalau aku sudah punya.” akhirnya Darto memberanikan diri membalas SMS Ahmad.

“Ayahmu benar sakit To.”

“Aku mau bicara dengannya.”

“Ayahmu sudah tak dapat bicara.”

“Lagian apa urusanmu merawat ayahku?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun