“Dana kemakmuran masjid kampung kita sudah melunasinya ....”
“Maad.... oooh... terima kasih atas semua kebaikanmu. Aku yang jadi anak malah tak berguna untuk ayah .... menelantarkan ayah....”
“Sudahlah To, Allah telah menakdirkan ayahmu menuai kebaikan dari kebaikan yang diberikan kepada ayahku. Termasuk akhirnya banyak orang yang memutuskan mengikhlaskan dana masjid untuk biaya rumah sakit....”
“Tapi kamu juga pasti keluar biaya Mad.”
“Nggak usah dipikirkan To.”
“Utangku belum bisa aku bayar Mad.”
“Tenang saja To. Tapi memang hutang harus tetap dibayar, agar kamu bisa merasakah seperti apa rasanya perjuangan hidup ini, serta merasakan bagaiman beratnya memikul tanggung jawab.”
“Ambil saja tanah ayah yang tak seberapa itu, tapi mudah-mudahan cukup untuk melunasi utangku.”
“Jangan To ... tanah itu harus tetap menjadi milikmu. Jangan kau jual. Nanti kau akan menyesal telah kehilangan jejak sejarah di kampung ini.”
“Memang aku sudah tak punya siapa-siapa lagi di sini Mad.”
“Kamu salah To, masih ada aku.”