Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Lebaran Sebatang Kara

4 Juli 2016   22:33 Diperbarui: 4 Juli 2016   22:58 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan sudah ramai. Darto hanya bisa berhitung dengan jalanan yang tersendat. Sekitar pukul sepuluh atau sebelas mungkin baru sampai. Memang benar, dengan kondisi jalan yang ramai Darto sampai di kampungnya.

Melewati jalan kecil, ia menuju ke arah rumah ayahnya. Namun hatinya gundah ketika melihat rumah kecil itu penuh rerumputan. Bahkan pohon-pohon perdu juga sudah menutupi pintu rumah yang tampak lapuk. Semua seolah menunjukkan kepada dirinya bahwa rumah itu sudah lama tidak berpenghuni.

“Darto! Dartokah ini?” ada suara di belakngnya. Darto menoleh.

“Pak Slamet?”

“Kamu baru pulang To? Apakah Ahmad kemarin tidak memberitahumu?”

“Tidak. Tiga hari HP-ku aku matikan Pak. Ada apa gerangan?”

“Mungkin hari ini Ahmad masih di Si Cengis.”

“Si Cengis? Siapa yang meninggal?”

“Dari kemarin ia mengurus ayahmu. Ayahmu sudah tenang di sana To....”

Lemas tubuh Darto.

Motor yang didudukinya roboh. Tubuh pemuda itu ikut roboh, berdebum ke jalan geragal. Pak Slamet buru-buru memanggil tetangga yang dekat untuk mengurus Darto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun