Mohon tunggu...
Diky
Diky Mohon Tunggu... Mahasiswa

My hobbies are playing football and fishing

Selanjutnya

Tutup

Puisi

"Paradoks Hati di Panggung Terang"

7 Agustus 2025   08:41 Diperbarui: 7 Agustus 2025   08:41 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar hati di panggung terang,sumber(Artificial Intelligence)

Lalu kenapa, tanya jiwa ini,
ada pekerjaan yang melibatkan perasaan?

Mengapa harus ada panggung yang gemerlap,
tempat asa dan kekaguman bertemu,
namun terpisah oleh batas yang tak terlihat?

Kau disana, di ketinggian yang tak terjamah,
pancaran bintang yang menerangi
kegelapan duniaku.

Setiap nada yang kau lantunkan,
setiap gerak yang kau ukir,
adalah sihir yang merasuk, menggetarkan sanubari,.

Mengagumimu bukan pilihan, tapi naluri,
seperti napas yang tak bisa kutahan,
seperti denyut yang tak bisa dihentikan.

Namun ada ironi yang menikam,
saat perasaan ini, yang kubiarkan tumbuh subur,
terjebak dalam labirin profesi.

Dimana kekaguman adalah bagian dari peran,
dan detak kagumku mungkin hanya
di anggap sebagai rutinitas belaka.

Setiap lambaian tangan mu,
setiap senyum yang kau bagi,
adalah oksigen bagi hatiku yang terpenjara,
namun juga duri yang menusuk,
mengingatkan pada jarak yang takkan tergapai.

Adakah batas antara nyata dan fatamorgana?
antara kekaguman murni dan tuntutan panggung?

Aku disini, dengan perasaan yang tulus,
menyimpan namamu di relung terdalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun