Bayangkan ini. Setiap bulan Anda bekerja delapan sampai sepuluh jam sehari, lima atau enam hari seminggu. Anda bangun pagi, berangkat kerja saat matahari belum tinggi, dan pulang saat langit mulai gelap. Tapi setiap akhir bulan, begitu gaji masuk ke rekening, angka-angka di struk gaji terasa kecil dibandingkan tagihan yang menumpuk. Uang sewa rumah, listrik, air, transportasi, belum lagi kebutuhan sehari-hari seperti makan, sekolah anak, dan biaya kesehatan. Saat semuanya dijumlahkan, saldo di rekening cepat menguap, dan Anda kembali ke siklus yang sama---hidup pas-pasan, bahkan mungkin kurang.
Ini kenyataan yang dialami banyak pekerja di Indonesia dan berbagai negara lain. Upah minimum sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak. Sementara biaya hidup terus naik, gaji yang diterima tetap berjalan di tempat atau naik cuma sedikit, tidak sebanding dengan inflasi. Lalu, bagaimana sebenarnya Islam memandang persoalan ini? Apakah bekerja dengan upah rendah sesuatu yang harus diterima begitu saja? Ataukah ada prinsip-prinsip dalam Islam yang bisa menjadi solusi?
Keadilan dalam Upah Menurut Islam
Dalam Islam, konsep keadilan sangat ditekankan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hubungan antara pekerja dan pemberi kerja. Salah satu prinsip utama dalam Islam adalah kalau pekerja harus diberikan upah yang layak dan sesuai dengan usaha yang mereka keluarkan. Rasulullah bersabda:
"Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya mengering." (HR. Ibnu Majah)
Hadis ini tidak cuma berbicara soal ketepatan waktu dalam pembayaran, tapi juga menyinggung soal keadilan. Upah yang diberikan harus sesuai dengan usaha yang telah dikeluarkan oleh pekerja. Kalau seseorang bekerja keras tapi tetap tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, berarti ada yang tidak beres dalam sistem pengupahan yang berlaku.
Dalam fiqh Islam, ada konsep yang disebut "ujrah mitsl", yaitu upah yang sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan. Artinya, upah seharusnya bukan asal-asalan, tapi harus mempertimbangkan standar yang berlaku dalam masyarakat dan kebutuhan hidup pekerja. Kalau biaya hidup meningkat tapi upah tetap rendah, maka ini berlawanan dengan prinsip keadilan dalam Islam.
Hak Pekerja untuk Mendapatkan Penghidupan yang Layak
Islam tidak cuma menekankan hubungan antara pekerja dan pemberi kerja sebagai hubungan transaksional biasa, tapi juga sebagai amanah. Pekerja bukan sekadar alat produksi yang bisa digunakan semaunya, tapi manusia yang memiliki hak untuk hidup dengan martabat. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan. Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik dan sesungguhnya Aku khawatir akan azab hari yang membinasakan (bagi orang-orang yang curang dalam timbangan)." (QS. Hud: 84-85)
Ayat ini berbicara tentang kejujuran dalam perdagangan dan bisnis, tapi prinsipnya juga berlaku dalam sistem pengupahan. Upah yang terlalu rendah jadi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah bentuk pengurangan hak pekerja---sama seperti mengurangi timbangan dalam jual beli.
Dalam Islam, negara juga memiliki tanggung jawab untuk memastikan kalau rakyatnya tidak hidup dalam kesulitan yang tidak perlu. Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu pernah berkata:
"Seandainya ada seekor keledai yang terperosok di Irak, maka aku takut Allah akan meminta pertanggungjawabanku mengapa aku tidak membuat jalan yang baik untuknya."
Kalau seekor keledai saja menjadi perhatian seorang pemimpin dalam Islam, bagaimana dengan nasib pekerja yang setiap hari berjuang tapi tetap hidup dalam kesulitan?
Haruskah Pekerja Menerima Upah Rendah dengan Pasrah?
Sebagian orang berpendapat kalau sebagai seorang Muslim, kita harus menerima takdir dan bersabar kalau menerima upah yang rendah. Memang, sabar adalah sifat yang dianjurkan dalam Islam, tapi ini tidak berarti pasrah tanpa usaha. Islam mendorong setiap Muslim untuk berusaha memperbaiki kehidupannya, baik secara individu maupun kolektif.
Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bekerja dengan baik. Kalau seseorang di antara kalian melakukan pekerjaan, maka hendaknya ia melakukannya dengan sebaik-baiknya." (HR. Abu Ya'la)
Ini berarti kalau kita harus berusaha meningkatkan keterampilan dan mencari peluang yang lebih baik. Tapi, ini juga bukan berarti membiarkan sistem yang tidak adil terus berjalan. Islam juga mengajarkan konsep amar ma'ruf nahi munkar---mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan. Kalau upah yang diterima banyak pekerja tidak cukup untuk hidup layak, maka ini adalah masalah bersama yang harus diperbaiki, baik oleh individu, pengusaha, maupun pemerintah.
Solusi Islam terhadap Ketimpangan Upah
Islam memberikan beberapa solusi terhadap masalah ketidakadilan dalam upah. Pertama, Islam menekankan konsep keberkahan dalam rezeki. Artinya, pengusaha tidak boleh cuma memikirkan keuntungan semata, tapi juga bagaimana caranya supaya bisnis yang mereka jalankan membawa manfaat bagi banyak orang.
Kedua, Islam mengajarkan konsep zakat dan sedekah sebagai mekanisme redistribusi kekayaan. Tapi, ini bukan berarti tanggung jawab utama diberikan kepada individu yang berzakat saja, sementara sistem ekonomi tetap dibiarkan timpang.
Ketiga, Islam menekankan peran negara dalam menegakkan keadilan sosial. Negara bertanggung jawab memastikan kalau kebijakan ekonomi yang diterapkan tidak cuma menguntungkan segelintir orang, tapi juga memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Ini bisa dilakukan dengan kebijakan upah yang lebih baik, subsidi bagi pekerja berpenghasilan rendah, serta regulasi yang memastikan pengusaha tidak semena-mena dalam menentukan gaji.
Harapan untuk Masa Depan
Masalah rendahnya upah minimum bukan cuma soal angka dalam slip gaji. Ini adalah masalah kemanusiaan yang menyangkut martabat pekerja, kesejahteraan keluarga, dan stabilitas sosial. Islam sudah memberikan prinsip-prinsip yang jelas tentang bagaimana upah seharusnya diberikan secara adil, bagaimana pekerja harus diperlakukan dengan hormat, dan bagaimana tanggung jawab pengusaha serta negara dalam memastikan kesejahteraan rakyat.
Saat ini, mungkin Anda masih berada dalam kondisi yang sulit, bekerja keras tapi tetap merasa penghasilan tidak cukup. Tapi, dengan kesadaran akan prinsip keadilan dalam Islam, kita bisa mulai bergerak menuju perubahan. Entah itu dengan meningkatkan keterampilan, memperjuangkan kebijakan yang lebih adil, atau membangun sistem ekonomi yang lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Karena pada akhirnya, yang kita perjuangkan bukan sekadar angka dalam slip gaji, tapi juga kehidupan yang lebih bermartabat dan penuh keberkahan.
Semoga bermanfaat!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI