Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Let's talk about life.

-

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ketika Upah Minimum Tak Cukup untuk Hidup

3 April 2025   08:00 Diperbarui: 30 Maret 2025   10:28 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seandainya ada seekor keledai yang terperosok di Irak, maka aku takut Allah akan meminta pertanggungjawabanku mengapa aku tidak membuat jalan yang baik untuknya."

Kalau seekor keledai saja menjadi perhatian seorang pemimpin dalam Islam, bagaimana dengan nasib pekerja yang setiap hari berjuang tapi tetap hidup dalam kesulitan?

Haruskah Pekerja Menerima Upah Rendah dengan Pasrah?

Sebagian orang berpendapat kalau sebagai seorang Muslim, kita harus menerima takdir dan bersabar kalau menerima upah yang rendah. Memang, sabar adalah sifat yang dianjurkan dalam Islam, tapi ini tidak berarti pasrah tanpa usaha. Islam mendorong setiap Muslim untuk berusaha memperbaiki kehidupannya, baik secara individu maupun kolektif.

Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang bekerja dengan baik. Kalau seseorang di antara kalian melakukan pekerjaan, maka hendaknya ia melakukannya dengan sebaik-baiknya." (HR. Abu Ya'la)

Ini berarti kalau kita harus berusaha meningkatkan keterampilan dan mencari peluang yang lebih baik. Tapi, ini juga bukan berarti membiarkan sistem yang tidak adil terus berjalan. Islam juga mengajarkan konsep amar ma'ruf nahi munkar---mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan. Kalau upah yang diterima banyak pekerja tidak cukup untuk hidup layak, maka ini adalah masalah bersama yang harus diperbaiki, baik oleh individu, pengusaha, maupun pemerintah.

Solusi Islam terhadap Ketimpangan Upah

Islam memberikan beberapa solusi terhadap masalah ketidakadilan dalam upah. Pertama, Islam menekankan konsep keberkahan dalam rezeki. Artinya, pengusaha tidak boleh cuma memikirkan keuntungan semata, tapi juga bagaimana caranya supaya bisnis yang mereka jalankan membawa manfaat bagi banyak orang.

Kedua, Islam mengajarkan konsep zakat dan sedekah sebagai mekanisme redistribusi kekayaan. Tapi, ini bukan berarti tanggung jawab utama diberikan kepada individu yang berzakat saja, sementara sistem ekonomi tetap dibiarkan timpang.

Ketiga, Islam menekankan peran negara dalam menegakkan keadilan sosial. Negara bertanggung jawab memastikan kalau kebijakan ekonomi yang diterapkan tidak cuma menguntungkan segelintir orang, tapi juga memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Ini bisa dilakukan dengan kebijakan upah yang lebih baik, subsidi bagi pekerja berpenghasilan rendah, serta regulasi yang memastikan pengusaha tidak semena-mena dalam menentukan gaji.

Harapan untuk Masa Depan

Masalah rendahnya upah minimum bukan cuma soal angka dalam slip gaji. Ini adalah masalah kemanusiaan yang menyangkut martabat pekerja, kesejahteraan keluarga, dan stabilitas sosial. Islam sudah memberikan prinsip-prinsip yang jelas tentang bagaimana upah seharusnya diberikan secara adil, bagaimana pekerja harus diperlakukan dengan hormat, dan bagaimana tanggung jawab pengusaha serta negara dalam memastikan kesejahteraan rakyat.

Saat ini, mungkin Anda masih berada dalam kondisi yang sulit, bekerja keras tapi tetap merasa penghasilan tidak cukup. Tapi, dengan kesadaran akan prinsip keadilan dalam Islam, kita bisa mulai bergerak menuju perubahan. Entah itu dengan meningkatkan keterampilan, memperjuangkan kebijakan yang lebih adil, atau membangun sistem ekonomi yang lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun