Bayangkan ini. Kamu baru saja lulus kuliah, penuh semangat dan harapan, siap menghadapi dunia kerja. CV sudah dirapikan, lamaran dikirim ke berbagai perusahaan, tapi... sepi. Tak ada panggilan wawancara. Atau kalaupun ada, prosesnya panjang dan akhirnya tetap tidak lolos. Kamu mulai bertanya-tanya, "Apa yang salah? Bukankah aku sudah menempuh pendidikan yang seharusnya membuka peluang?"
Di sisi lain, perusahaan juga mengeluh. Mereka butuh tenaga kerja, tapi sulit menemukan kandidat yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan mereka. Banyak pelamar, tapi keterampilan yang dicari tidak ada. Akhirnya, mereka terpaksa mencari orang dengan pengalaman atau bahkan merekrut dari luar negeri.
Inilah yang disebut dengan ketidaksesuaian keterampilan atau skills mismatch. Lulusan banyak, lowongan ada, tapi tidak nyambung. Kenapa ini bisa terjadi? Bagaimana Islam melihat fenomena ini? Dan lebih penting lagi, apa solusinya?
Pendidikan dan Dunia Kerja yang Tak Sejalan
Salah satu penyebab utama adalah sistem pendidikan yang belum sepenuhnya selaras dengan kebutuhan industri. Banyak kampus masih mengutamakan teori, sedangkan dunia kerja menuntut keterampilan praktis. Mahasiswa menghabiskan bertahun-tahun di kelas, menghafal konsep, mengerjakan tugas, tapi minim pengalaman langsung. Begitu lulus, mereka bingung bagaimana menerapkan ilmunya di dunia nyata.
Sementara itu, perusahaan bergerak cepat. Teknologi berkembang, tren berubah, dan pekerjaan yang dulu sederhana kini membutuhkan keterampilan baru. Contohnya, di era digital ini, banyak bisnis butuh tenaga kerja yang paham analitik data, pemasaran digital, atau pemrograman. Tapi, banyak lulusan belum dibekali keterampilan tersebut.
Islam mengajarkan pentingnya ilmu, tapi ilmu yang bermanfaat. Rasulullah bersabda, "Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim). Tapi, ilmu dalam Islam bukan sekadar teori, tapi harus bisa diterapkan untuk memberikan manfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Islam Memandang Pekerjaan sebagai Amanah
Dalam Islam, bekerja bukan cuma soal mencari nafkah, tapi juga amanah. Setiap orang bertanggung jawab untuk menyiapkan dirinya dengan keterampilan yang diperlukan supaya bisa memberikan kontribusi yang maksimal. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah mencintai seseorang yang ketika bekerja, ia melakukannya dengan itqan (profesional dan penuh kesungguhan)." (HR. Thabrani).
Ketidaksesuaian keterampilan ini menunjukkan kalau banyak orang belum punya itqan dalam pekerjaannya. Bukan karena mereka tidak mau bekerja keras, tapi karena mereka tidak dibekali dengan keterampilan yang tepat. Ini menjadi pengingat kalau mencari ilmu itu bukan cuma saat kuliah, tapi harus terus berlanjut, termasuk dengan mempelajari hal-hal yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Solusi: Belajar dan Beradaptasi
Kalau sistem pendidikan belum sepenuhnya menjembatani kesenjangan ini, maka solusinya ada di tangan masing-masing individu. Islam mengajarkan kalau setiap Muslim harus terus belajar dan berusaha meningkatkan dirinya. Dalam hadis disebutkan, "Dua nikmat yang sering dilalaikan oleh manusia adalah kesehatan dan waktu luang." (HR. Bukhari).
Waktu sesudah lulus kuliah bukan berarti berhenti belajar. Justru ini saatnya mencari keterampilan tambahan yang benar-benar dibutuhkan di dunia kerja. Sekarang, ada banyak cara untuk belajar: kursus online, pelatihan industri, magang, bahkan belajar secara otodidak melalui proyek-proyek kecil.