Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bulan Hitam-Putih

22 Juni 2022   23:57 Diperbarui: 23 Juni 2022   00:01 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan Hitam-Putih. Dokpri. 

1/

Air kolam meriak dalam pantulan malam

Saat serangga menderik di pohon mangga
Dan malam terus merambati ujung-ujung bambu yang melentur-lengkung

2/

Aku menanti gonggong anjing tengah malam
Yang suaranya memantul ke dinding tebing Kali Dadar
Dan membuat malam terasa senyap

Justru saat gonggongan begitu riuh

Anjing-anjing berlari menuju gelap
Menyalak risau, mengonggong parau

3/

Bagiku malam hanyalah hitam
Di mana tetesan air terdengar begitu berharga

Tidak ada jernih yang jatuh seindah tetesan air di sunyi malam
Bersama bunga-bunga bintaro yang gugur tanpa suara

4/

Bulan hitam-putih bertapa di atas malam
Di antara pelepah kelapa dan juntai pohon waru berbunga kuning dalam semburat

Tanpa suara pada setiap sua

Membiarkan pintu-pintu ditutup
Membiarkan daun-daun jendela dikunci
Dan lambaian tangan terlanjur disimpan

5/

Aku adalah bulan hitam-putih
Yang menunggu tanpa suara
Menyapa tanpa riuh
Membiarkan air kolam meriak

Sambil mendengar bunga bintaro jatuh di dekat kayu bakar
Tanpa suara

6/

Telinga terlanjur disendengkan
Bersama malam yang terus menepi di sisi pagi

| Posong | 22 Juni 2022 | 23.42 |

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun