Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Pada Deret-deret Angka

3 April 2020   20:59 Diperbarui: 3 April 2020   22:38 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.quickanddirtytips.com/education/grammar/how-to-write-numbers

Aku tahu sekarang, bahwa kamu bersembunyi di balik angka-angka
Pada angka-angka hari, angka-angka tahun
Juga, pada deret-deret angka yang rumit tersusun

"Apakah tidak kau hapus saja angka-angka yang berderet itu?" begitu kalimatmu, yang bagiku bukan sebuah kalimat tanya

Bagaimana aku menghapusnya?

Mereka tidak sekedar angka-angka, ternyata
Dari angka-angka muda waktu ditandai, dimulai pada sebuah digit
Ketika kaki masih ringan diayunkan, dan jarak masih terasa lebih dekat ditempuh

Ketika berjalan terlalu pelan, maka berlari dapat dilakukan
Pada ayunan langkah-langkah di atas paving di dekat pohon yang belum lama ditanam

"Apakah kita akan melewatkan hari bersama?" tanyaku waktu itu
Lalu senyummu mengembang indah bersama pagi
Sebelum lalu kita membuka pintu yang berbeda
Aku melalui pintu bercat kuning, dan kamu menyelinap ke pintu berwarna perak

Pada masing-masing pintu, lorong-lorong panjang membentang
Dengan bunyi derit pintu
Dengan angin yang kencang bertiup
Dengan malam yang gelap dan kata-kata yang menempel di dinding waktu hendak disusun menjadi sebuah hikayat

"Aku tidak dapat menghapus angka-angka," kataku akhirnya

Angka akan tetap menjadi angka
pada deretnya dan pada susunannya
Tempat waktu menyembunyikan dirimu

Aku memang hanya menemukanmu di balik angka-angka, tidak lebih

Sekarang pohon-pohon kecil sudah merimbun
Dengan tajuk yang menjangkau sisi-sisi sungai
Akarnya sebagian mengikat paving sedemikian kuat, sebagian mengoyaknya pada deret angka yang terus bertambah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun