Seperti menuangnikmati kopi di Meulaboh
Begitu sejatinya harapan hendak dilabuhkan
Bila kemenangan menjadi terlalu heroik
Maka setuang kopi membuatnya menjadi harum
Dengan kepul yang berebut menaiki ruang
Dengan hangat yang memenuhi bidang
"Besok pagi kita akan minum kopi di Meulaboh," kata Teuku Umar
Tidak ada yang lebih hebat dari itu : mengaduk kopi di beranda sendiri
Ketika kabut bergerak pelan di antara pohon jati
Sinar matahari menghangatkan tanah basah
Dan celoteh menerpa dinding-dinding hati
Langkah bergegas supaya perjalanan menjadi lebih pendek
Lalu memasuki rumah beratap langit, berdinding bukit
Air telah dididihkan dan gula merah telah berdiam di dasar cangkir
Langkah menjadi lebih cepat
Jarak semakin pendek
"Besok pagi kita akan minum kopi di Meulaboh," kata Teuku Umar
Dan begitulah ia dicatat
Pertempuran mungkin tidak dimenangkan
Harapan bisa saja tidak terjadi
Seperti kopi yang tidak pernah diseduh di Meulaboh