Mohon tunggu...
Adrian Diarto
Adrian Diarto Mohon Tunggu... Petani - orang kebanyakan

orang biasa. sangat bahagia menjadi bagian dari lansekap merbabu-merapi, dan tinggal di sebuah perdikan yang subur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Angin Kemarau dalam Secangkir Kopi

25 September 2018   10:28 Diperbarui: 25 September 2018   10:47 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

*Catatan untuk Na (273)

Rasanya sudah lama tidak berbincang tentang kopi, ya
Tentang permukaan yang legam mencermin
Juga tentang rasa pahit yang membuat banyak hal terasa lebih kuat

Seperti senyum yang dapat mewakili kegembiraan dan kesedihan, kekecewaan dan kepenuhan
Rasa pahit menguatkan menerima kegembiraan pun kesedihan, kekecewaan pun kepenuhan

Ketika sinar matahari pagi jatuh ke sisi cangkir kopi, aku akan telah menunggumu kelak
Sesaat kemudian irisan sinar lainnya pasti menggandeng senyummu

Oh ya, bukankah kita telah bersepakat tentang hanya setengah cangkir dan tanpa gula?

Kopi pahit bak pertemuan antara sungai kesedihan dan sungai kegembiraan, sungai kekecewaan dan sungai kepenuhan

Ia adalah keberadaan di antara ketiadaan

Kesedihan di antara kegembiraan, dan kegembiraan di antara kesedihan
Kepenuhan di antara kekecewaan, dan kekecewaan di antara kepenuhan

Setengah cangkir kopi pahit adalah keniscayaan, saat penerimaan pada akhirnya melampaui pengingkaran

Seperti pada suamu

| Kualanamu | 13 September 2018 | 17.08 |

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun