Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Blogger

Penulis, Blogger, Alumnus Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mencintai Hewan Peliharaan Tanpa Melupakan Kenyamanan Tetangga

10 Oktober 2025   11:21 Diperbarui: 10 Oktober 2025   14:17 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hewan peliharaan (gambar: Jari Hytonen/Unsplash)

"Mencintai hewan peliharaan adalah bentuk kasih. Menjaga ketenangan tetangga adalah bentuk adab. Dan menggabungkan keduanya adalah tanda iman."

Bagi sebagian orang, memiliki hewan peliharaan memang menyenangkan. Suami saya sendiri yang merupakan pecinta kucing mengatakan, "ada kehangatan ketika kucing mendengkur di pangkuan, atau ketika ia menyambut dengan ekor bergoyang saat pulang kerja."

Menurut pengakuannya, sejak kecil ia sudah sangat terbiasa hidup berdampingan dengan kucing, seolah merasa memiliki "teman kecil" yang selalu setia tanpa syarat. Bermain, bercengkrama, bahkan sampai tidur bersama.

Namun Setelah menikah dengan saya yang notabene bukan pecinta hewan peliharaan, sikap suami berubah. Meskipun tetap menyukai kucing, kini tidak lagi berani memelihara kucing di rumah.

Suami sepakat bahwa di balik rasa sayang pada hewan peliharaan harus ada tanggung jawab besar pada lingkungan terutama pada orang-orang terdekat yang mungkin tidak menyukainya. Pecinta hewan peliharaan, wajib menjaga agar keberadaan hewan peliharaannya tidak menimbulkan ketidaknyamanan bagi orang lain.

Ketika Kasih Sayang Tidak Dibarengi Kesadaran

Bersyukur, suami siap berpisah dengan para kucing kesayangannya demi kenyamanan saya. Namun ternyata hidup tidak selalu mudah. Saya yang memiliki trauma dan takut dengan kucing malah tinggal di pemukiman yang beberapa tetangganya memelihara kucing.

Jujur, hal itu membuat saya betah di rumah, jarang sekali keluar kalau bukan ada keperluan yang mendesak. Sampai untuk menyiram tanaman pun harus ditemani suami sebelum berangkat kerja atau malam hari ketika ia sudah di rumah.

Kucing yang berjemur bersama anak-anaknya di teras rumah, serta bau kotoran dari rumput di taman yang tercium sangat mengganggu. Saya pun mengeluh berkali-kali, "kita gak pelihara tapi kenapa kita harus merasakan ketidaknyamanan ini? Mengapa mereka betah main di sini?"

Posisi serba salah sering timbul. Antara kesal dan canggung memberitahukan kepada tetangga pemilik kucing. Saya tidak menyalahkan tetangga yang mencintai kucing, tetapi tidak bisa dipungkiri rasa tidak nyaman dan dongkol itu tetap saja ada. Berbekal pengalaman itu, saya merasa harus membagi tulisan ini untuk bahan renungan para pecinta hewan peliharaan agar tidak lupa untuk tetap saling menjaga kenyaman dengan tetangga.

"Kucing itu akan terus datang dan mendekat pada orang yang tidak menyukainya." Suami mencoba menyadarkan saya dengan hasil penelitian para ahli soal kucing. Namun saya tetap tidak bisa menyukainya, rasa takut dan trauma itu masih ada.

Mereka Memang Lucu, tapi Tolong Hargai Kami yang Tidak Menyukainya

Banyak dari para pecinta hewan peliharaan mencintai kucing, kelinci, hamster, ular atau lainnya karena mereka polos, lucu, dan menggemaskan. Bakan menurut mereka hewan peliharaan itu seringkali memberi ketenangan batin. Akan tetapi nyatanya tidak semua orang memiliki perasaan yang sama.

Ada orang lain (saya salah satunya) yang mungkin tidak memiliki ketertarikan kepada hewan peliharaan. Di sekitar rumah kita ada tetangga bisa saja merasa terganggu dengan kehadiran hewan. Ada yang takut, ada yang jijik, bahkan ada yang mengalami alergi sampai trauma.

Bukankah itu hal yang wajar? Setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan batas kenyamanan yang berbeda terutama terhadap hewan peliharaan.

Sayangnya, sering kali batas itu dilanggar dan terlupakan tanpa sadar. Pecinta hewan malah menganggap bahwa reaksi orang yang tidak suka hewan berlebihan bahkan tak jarang dianggap lebay.

Seekor kucing yang dipelihara dibiarkan bebas keluar rumah, masuk ke halaman tetangga, meninggalkan jejak kotoran di taman orang lain, atau tidur di atas motor yang bukan miliknya. Mungkin bagi pemilik hewan itu sepele, tapi bagi orang lain, bisa menimbulkan rasa jengkel yang mendalam. Dari hal kecil seperti itu, hubungan bertetangga bisa terganggu.

Padahal, Rasulullah Saw. menegaskan pentingnya menjaga hubungan baik dengan tetangga. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:

"Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman!"

Para sahabat bertanya, "Siapakah yang tidak beriman itu, wahai Rasulullah?"

Beliau menjawab, "(Yaitu) orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya."

(HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini sangat tegas: keimanan seseorang diukur bukan hanya dari ibadah pribadinya, tetapi juga dari sejauh mana ia membuat orang di sekitarnya merasa aman dan nyaman. Artinya, menjaga agar hewan peliharaan kita tidak mengganggu tetangga juga bagian dari menjaga iman dan akhlak.

Ilustrasi hewan peliharaan (Gambar: Andriyko Podilnyc/Unsplash)
Ilustrasi hewan peliharaan (Gambar: Andriyko Podilnyc/Unsplash)

Hak Kita, Hak Orang Lain

Mencintai hewan dan memeliharanya adalah hak setiap orang. Tetapi hak itu datang bersama kewajiban moral untuk menghormati kenyamanan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap hak seharusnya selalu diimbangi dengan tanggung jawab sosial. Termasuk tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.

Jika mencintai hewan, maka sudah sepatutnya peduli terhadap tempat tinggalnya. Hewan peliharaan tidak seharusnya dibiarkan berkeliaran tanpa pengawasan. Selain berisiko mengganggu tetangga, juga bisa membahayakan hewan itu sendiri --- tertabrak kendaraan, terkena penyakit, atau bahkan hilang.

Kesadaran seperti ini penting dibangun, karena tidak jarang, niat baik untuk "membebaskan hewan" justru berujung pada gangguan sosial. Kotoran hewan di halaman orang lain bukan hanya masalah kebersihan, tetapi juga bentuk pelanggaran terhadap rasa nyaman yang menjadi hak bersama.

Jadilah Pemilik Hewan yang Bertanggung Jawab

Setelah bicara panjang seputar keluhan-keluhan yang dialami setiap hari, saya pun mendapatkan wawasan. Berikut beberapa tips dan trik sederhana dari sang pecinta kucing agar bisa menjadi pemilik hewan peliharaan yang ramah lingkungan:

  • Batasi ruang gerak hewan

Jika memelihara kucing, sediakan area bermain khusus di dalam rumah. Bisa berupa kandang luas atau halaman berpagar rapat.

  •  Jaga kebersihan lingkungan.

Segera bersihkan kotoran hewan, baik di dalam rumah maupun di area sekitar. Gunakan alat pembuang khusus, dan jangan lupa cuci tangan setelahnya. Ingat, bau kotoran yang menyengat bisa mengganggu kenyamanan orang lain.

  • Berikan tempat makan dan minum yang teratur.

Buat hewan peliharaan merasa kenyang dan cukup makan. Jangan biarkan mencari makanan di luar rumah karena hal itu membuat mereka terbiasa masuk ke pekarangan orang lain.

  • Lakukan sterilisasi dan vaksinasi.

Selain menjaga kesehatan hewan, langkah ini juga mengurangi risiko penyebaran penyakit dan populasi liar yang tidak terkendali. Hewan yang sehat juga lebih tenang dan tidak agresif.

  • Bangun komunikasi baik dengan tetangga.

Jika ada tetangga yang merasa terganggu, jangan langsung tersinggung. Dengarkan keluhannya dan cari solusi bersama. Mungkin bisa membantu membersihkan, atau memperbaiki pagar agar hewan tidak keluar lagi.

  • Gunakan pasir atau litter box yang ramah lingkungan.

Sekarang banyak tersedia pasir kucing biodegradable yang lebih cepat terurai dan tidak mencemari tanah. Pilih produk yang mendukung kebersihan sekaligus peduli pada lingkungan.

  • Didik hewan dengan kasih, bukan dibiarkan.

Melatih hewan agar terbiasa di tempatnya sendiri menunjukkan bentuk kasih sayang yang bijak. Hewan akan merasa lebih aman dan nyaman jika tahu batas ruangnya.

  • Cinta yang Bijak dan Beradab

Cinta kepada hewan memang mulia, tapi cinta yang tidak diiringi dengan kesadaran bisa menjadi sumber masalah. Rasulullah sendiri sangat mencintai hewan, tetapi beliau juga memberi teladan tentang adab dalam memperlakukan mereka tanpa merugikan makhluk lain.

Cinta sejati kepada hewan bukan diukur dari seberapa bebas mereka dibiarkan berkeliaran, melainkan seberapa kita mampu menjaga keseimbangan antara kasih pada hewan dan kepedulian pada lingkungan sosial.

Hidup Rukun dengan Tetangga Itu Menimbulkan Kedamaian

Kehidupan bertetangga yang rukun bukan dibangun dari ucapan manis saja, tetapi dari tindakan kecil sehari-hari: membersihkan halaman, tidak membiarkan suara bising atau bau mengganggu, dan tentu saja, menjaga agar hewan peliharaan kita tidak menjadi sumber masalah.

Karena sejatinya, rumah yang damai bukan hanya yang bersih dari sampah, tetapi juga bersih dari perasaan jengkel antarwarga. Ketika setiap pemilik hewan memiliki kesadaran ini, lingkungan akan terasa lebih harmonis --- manusia dan hewan hidup berdampingan dengan penuh tanggung jawab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun