Banyak dari para pecinta hewan peliharaan mencintai kucing, kelinci, hamster, ular atau lainnya karena mereka polos, lucu, dan menggemaskan. Bakan menurut mereka hewan peliharaan itu seringkali memberi ketenangan batin. Akan tetapi nyatanya tidak semua orang memiliki perasaan yang sama.
Ada orang lain (saya salah satunya) yang mungkin tidak memiliki ketertarikan kepada hewan peliharaan. Di sekitar rumah kita ada tetangga bisa saja merasa terganggu dengan kehadiran hewan. Ada yang takut, ada yang jijik, bahkan ada yang mengalami alergi sampai trauma.
Bukankah itu hal yang wajar? Setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan batas kenyamanan yang berbeda terutama terhadap hewan peliharaan.
Sayangnya, sering kali batas itu dilanggar dan terlupakan tanpa sadar. Pecinta hewan malah menganggap bahwa reaksi orang yang tidak suka hewan berlebihan bahkan tak jarang dianggap lebay.
Seekor kucing yang dipelihara dibiarkan bebas keluar rumah, masuk ke halaman tetangga, meninggalkan jejak kotoran di taman orang lain, atau tidur di atas motor yang bukan miliknya. Mungkin bagi pemilik hewan itu sepele, tapi bagi orang lain, bisa menimbulkan rasa jengkel yang mendalam. Dari hal kecil seperti itu, hubungan bertetangga bisa terganggu.
Padahal, Rasulullah Saw. menegaskan pentingnya menjaga hubungan baik dengan tetangga. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:
"Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman! Demi Allah, tidak beriman!"
Para sahabat bertanya, "Siapakah yang tidak beriman itu, wahai Rasulullah?"
Beliau menjawab, "(Yaitu) orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini sangat tegas: keimanan seseorang diukur bukan hanya dari ibadah pribadinya, tetapi juga dari sejauh mana ia membuat orang di sekitarnya merasa aman dan nyaman. Artinya, menjaga agar hewan peliharaan kita tidak mengganggu tetangga juga bagian dari menjaga iman dan akhlak.