Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Blogger

Penulis, Blogger, Alumnus Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Konten Positif Dibatasi, Haruskah Kita Ikut Gila Demi Algoritma?

14 September 2025   17:46 Diperbarui: 14 September 2025   18:31 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi media sosial (gambar: Panos Sakalakis/Unsplash)

Percakapan itu membuat saya semakin yakin, memang benar, minat baca dan minat terhadap hal-hal baik mulai menurun. Orang lebih suka yang absurd, nyeleneh, lucu, tampan, cantik, seksi, atau heboh. Pertanyaannya, apakah orang-orang sudah bosan dengan kebenaran?

Tetap Menyebar Kebaikan

Terlepas dari semua itu, satu hal yang tidak boleh padam adalah semangat untuk terus menebarkan kebaikan. Saya percaya, tulisan yang lahir dari niat baik tetap punya makna, meskipun pembacanya sedikit.

Kalau bukan kita yang menyajikan fakta, membuka pikiran, dan memberikan pencerahan, siapa lagi? Walaupun algoritma media sosial terasa tidak adil, kita masih bisa menginspirasi orang-orang terdekat---anak-anak, keluarga, sahabat---dan itu sudah berarti besar.

Di luar sana, mungkin kebijakan media terlalu ketat, mungkin orang-orang lebih memilih hiburan kosong, tetapi setidaknya kita bisa membuktikan. Bahwa tetap positif, tetap semangat, dan tetap menularkan kebaikan adalah sikap langka yang perlu dilestarikan.

Tips Agar Postingan Tidak Diturunkan

Dari pengalaman ini, ada beberapa langkah kecil yang bisa kita lakukan agar pesan positif tetap sampai tanpa mudah diturunkan platform media sosial:

  • Hindari kata-kata sensitif -- gunakan istilah alternatif yang lebih halus atau versi bahasa lain (misalnya "syaitan" alih-alih "setan").
  • Perhatikan judul -- jangan menggunakan diksi yang bisa ditafsirkan sebagai ujaran kebencian, provokasi, atau menyinggung kelompok tertentu.
  • Gunakan ilustrasi atau infografis -- letakkan link di kolom komentar agar algoritma tidak langsung menandai postingan sebagai spam.
  • Tulis ringkasan singkat -- berikan pengantar yang menarik agar pembaca tetap memahami maksud tulisan, meski link sulit diakses.
  • Sebarkan di berbagai platform -- jangan hanya bergantung pada satu media sosial. Blog pribadi, grup WhatsApp, Telegram, atau bahkan cetak sederhana masih bisa menjadi sarana berbagi kebaikan.

Bahan Renungan

Pada akhirnya, mungkin benar kata orang, "kebaikan sering kali tidak berisik". Ia berjalan pelan, bahkan terkadang tersembunyi di balik sepinya komentar dan like. Tapi percayalah, setiap kebaikan yang kita sebarkan tidak pernah sia-sia. Bisa jadi hanya satu orang yang membaca, tapi satu orang itu membawa perubahan besar dalam hidupnya.

Dan bukankah itu sudah lebih berharga daripada seribu penonton yang hanya menertawakan gosip dan sensasi sesaat?

Maka, jangan menyerah. Mari tetap menulis, tetap berbagi, tetap menebar kebaikan---meskipun kadang terasa sepi, meskipun algoritma tidak berpihak. Karena dunia tetap butuh suara-suara kecil yang berani menyuarakan kebenaran.

Semoga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun