Saat pulang kampung, saya selalu merasa nostalgia dengan kenangan-kenangan indah yang dialami semasa kecil. Entah itu soal permainan yang sering dimainkan, kenangan persahabatan waktu SD, main lumpur di sawah, kejadian lucu yang mengundang gelak tawa, sampai pada kenangan soal makanan masa kecil yang tentu jauh berbeda dengan makanan anak-anak zaman sekarang.
Salah satu yang paling saya rindukan adalah membuat dan makan rujak honje merah. Dulu, makanan ini sering dibuat saat kami bermain bersama di halaman rumah. Ketika itu, kami belum mengenal seblak, suki, sosis bakar, atau yang lainnya sebagai makanan khas tongkrongan anak perempuan.
Bersama teman-teman masa itu, kalau sudah jenuh main kami akan pergi ke kebun untuk memetik beberapa bonggol buah honje yang sudah tua. Tidak lupa memetik bunganya yang cantik untuk dijadikan bahan masakan ibu di rumah.
Buah honje yang sudah tua bijinya berwarna hitam, cangkangnya mudah dikelupaskan dan rasanya cenderung lebih manis daripada honje yang masih muda. Sedangkan honje muda rasa asamnya tidak kalah asam dengan belimbing wuluh. Asam sekali.Â
Setelah dipetik, honje itu kami bersihkan untuk dibuat rujak honje. Cabe rawit, garam, gula merah dan sedikit kencur, diulek di dalam cobek. Setelah itu barulah kami mencampurkan honhe yang sudah dikupas dari cangkangnya.
Perpaduan antara rasa asam, manis, pedas, menghadirkan sensasi seger dari rujak honje. Sangat tepat dinikmati siang hari saat matahari terik.Â
Namun, ternyata bukan hanya soal kenangan. Lebih dari itu, honje pun memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.
Dihimpun dari beberapa sumber, banyak sekali manfaat honje yang sangat berguna bagi kesehatan. Di antara manfaatnya adalah, sebagai antioksidan tinggi, membantu mengatasi peradangan, dan berpotensi mengendalikan kadar gula darah.Â
Honje juga memiliki serat dan vitamin C yang tinggi. Bukan hanya dapat menjaga kesehatan pencernaan dan mengurangi kadar kolesterol, honje juga dikenal mampu mengurangi risiko anemia karena meningkatkan produksi sel darah merah.Â