Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Blogger

Penulis, Blogger, Alumnus Pascasarjana PAI UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Main Gadget Terus, Bagaimana Nasib Anak Perempuan Ketika Kelak Berumah Tangga?

11 Juni 2025   16:13 Diperbarui: 20 Juni 2025   22:28 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak remaja perempuan (gambar: Julio Lopez/Unsplash)

Teknologi Membawa Perubahan Besar pada Budaya Anak Remaja Perempuan

Teknologi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya dan perilaku anak remaja perempuan. Dalam beberapa tahun terakhir, kita telah menyaksikan pergeseran budaya yang signifikan pada anak remaja perempuan. Mereka cenderung abai pada pentingnya belajar hal-hal yang berhubungan dengan dunia perempuan dan tugasnya kelak sebagai istri dan ibu.

Perbedaan semakin kentara saat generasi milenial mengenang masa kecilnya. Anak-anak perempuan sudah dipaksa untuk bisa melakukan pekerjaan rumah tangga dengan dalih membantu pekerjaan ibu. Mencuci piring sendiri selepas makan, mencuci pakaian seragam dan sepatu sekolah saat hari libur tiba, bahkan kerapihan tempat tidur dan kamar adalah tanggung jawab penuh anak perempuan yang beranjak remaja. Kalau berantakan sedikit saja ibu akan mengomel tanpa henti sampai kamar terlihat bersih dan rapi. Sementara kini, kesibukan seperti itu nyaris tidak nampak lagi. 

Sang ibu yang bersikeras memberikan arahan kepada anak remaja perempuan pun harus pasrah karena kalah saing dengan benda pipih yang ada di tangan anak-anaknya setiap hari.

Ketergantungan pada Teknologi dan Kehidupan Instan

Anak remaja perempuan saat ini cenderung lebih suka menghabiskan waktu mereka dengan gadget. Main games online atau browsing di internet jauh lebih menarik daripada belajar keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil pengamatan pada beberapa remaja perempuan, mereka juga cenderung menginginkan semua yang instan, seperti makanan yang tinggal beli atau jajan, tanpa harus repot-repot memasak atau melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.

Bukan hanya anteng dengan teknologi dan keinginan serba instan, lebih dari itu tanpa mereka sadari, waktu yang mereka habiskan untuk main games dan berselancar di media sosial telah menyedot energi dan menghilangkan kesempatan untuk belajar menumbuhkan rasa empati. Alih-alih menyibukan diri dengan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan perempuan, kesempatan untuk membantu orang tua pun sudah banyak dilewatkan. 

Jika orang tua sedang kerepotan, lagi-lagi tantangan dalam games online lebih penting daripada segera bergegas memberikan bantuan. Ketika diminta bantuan, "sebentar tanggung lagi mabar (main bareng)," katanya. Membuat orang tua harus menelan kekecewaan dan diam seribu bahasa menahan segala rasa.

Kurangnya Keterampilan Dasar dan Kemungkinan Dampak yang Terjadi pada Kehidupan Rumah Tangga

Banyak anak remaja perempuan yang tidak memiliki keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti memasak, mencuci piring, membersihkan dan membereskan kamar sendiri, bahkan melipat selimut. Hal ini menimbulkan kekhawatiran jika mereka tidak siap dengan kehidupan masa dewasa kelak. 

Bagaimana jadinya ketika anak remaja perempuan ini berumah tangga nanti? Dapatkan mereka menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sebagai istri dan ibu dengan baik? 

Memang tugas mengurus rumah tangga adalah tugas bersama, bukan hanya bertumpu pada perempuan. Namun untuk membangun rumah tangga yang tangguh, perempuan perlu mandiri dan memiliki keterampilan dasar yang bermanfaat untuk menolong diri sendiri dan keluarga. 

Selain itu, hidup tidak selalu bisa ditebak. Kehidupan rumah tangga tidak selamanya sesuai dengan apa yang diimpikan kebanyakan orang. Kemampuan memasak, mengelola rumah tangga, dan mengurus anak-anak adalah keterampilan yang sangat penting bagi seorang istri dan ibu. Tanpa keterampilan dasar ini, mereka mungkin akan kesulitan dalam menjalankan peranannya sebagai istri dan ibu apalagi ketika kesulitan ekonomi menghimpit dan harus berhemat sebisa mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun