Bahasa yang di gunakan ringan sehingga mudah di pahami oleh pembaca . Pembaca seolah - olah diajak masuk , menyelami dan mengalami langsung kehidupan keluarga Peter Van Gils. Alur yang digunakan dalam buku novel ini adalah alur campuran. Dikisahkan, Peter merupakan sosok anak keturunan Belanda yang pernah hidup di Bandung, Indonesia.Â
Peter lahir di kisaran tahun 1935. Ia lahir dari pasangan Albertus Van Gils dan Beatrice Van Gils. Ayahnya Peter selalu menekankan anaknya  untuk tidak manja dan selalu menekankan untuk belajar fasih menggunakan bahasa Neterland agar ingat daerah asalnya.Â
Secara tidak langsung, William, berkata papa Peter adalah seorang Belanda tulen penganut feodalisme. Peter dididik agar menjadi anak keturunan Belanda yang mampu membedakan kasta, derajat, dan martabat bangsanya dengan bangsa jajahan. ~Risa (hlm.9)
Peter sangat menyayangi mamahnya. Mamah Peter selalu memanjakan Peter. Perbedaan didikan inilah yang sering membuat Mama Peter dan papa Peter selalu berantem. Kematian Peter bisa dibilang tragis. Karena hingga akhir hayat hidupnya ia belum bisa bertemu dengan Mama tercintanya. Sampai sekarang Peter Peter masih menunggu mamanya untuk datang menjemputnya. Â Amanat cerita yang bisa dipetik dalam kisah ini yaitu sebaik-baiknya didikan perilaku orang tua kepada anak tidak terlalu keras menekankan dan sebaiknya utamakan kondisi keadaan anak.Â
Selamanya, aku akan menunggu Mama datang menjemput". Â (hlm.169)
•Kekurangan Buku
Karena kisah dalam novel ini diangkat dari kisah nyata sehingga alur ceritanya bisa ditebak.
Jauh di lubuk hati, aku pun mengharapkan hal yang sama, seperti dirinya. Aku ingin sahabat-sahabat kecilku ini bisa berkumpul kembali dengan "Yang mereka tunggu". ~Risa (hlm.169)