Mohon tunggu...
Diana TriWidiyastuti
Diana TriWidiyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi

Seorang mahasiswa jurusan komunikasi di IPB University

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pantang Menyerah demi Merubah Nasib Keluarga

30 Desember 2021   19:48 Diperbarui: 30 Desember 2021   19:52 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bermodalkan tekad kuat dengan mengandalkan sebuah laptop yang sudah tua, tak lain karena desakan ekonomi keluarga yang mengharuskan memutar otak untuk mendapatkan pundi-pundi rupiah penyambung hidup yang saat ini semakin sengsara akibat pandemi melanda. Sebagai anak bungsu bukan berarti seenaknya bersikap manja pada orang tua, justru ia memiliki keinginan kuat untuk merubah nasib keluarganya. Hanya mereka yang sanggup menahan pahitnya perjuangan yang bisa meraih kesuksesan. Tak lekang oleh waktu sebuah usaha keras  pasti akan berbuah hasil yang memuaskan.

Keberhasilan Berawal Dari Mimpi

Muhammad Maftuh adalah pemuda kelahiran tahun 1999 yang memiliki angan-angan ingin menyejahterakan ekonomi keluarganya., ia lahir di sebuah keluarga yang terbilang kekurangan . Pemuda ini adalah anak bungsu dari bapak Muhtar yang merupakan seorang buruh serabutan. Terlahir dari keluarga serba kekurangan membuat Maftuh menjalani hidup seadanya. 

Meskipun ia terlahir dari keluarga yang miskin, ia sangat berkeinginan keras untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi yaitu bangku perkuliahan. 

Tentunya keinginan tersebut hanya bisa terwujud bila ia mampu membayar biaya kuliah dengan uangnya sendiri karena orang tua nya sudah terus terang tak sanggup untuk membiayai dana perkuliahan. 

Saat SMA salah satu temannya mengenalkan ia bagaimana cara mengedit sebuah video dari sebuah handphone. Akhirnya ia pun mencoba mengedit di aplikasi gratis dengan handphone sederhana pastinya. Setelah mencoba beberapa kali ia merasa tertarik untuk mencoba mengedit video-video lain. 


Saat itu ia iseng mencoba untuk merekam video dengan model yang merupakan temannya di sebuah supermarket, lalu ia edit dengan kemampuan seadanya  kemudian diposting disalah satu platform internet. Tak menyangka ternyata respon dari teman-temannya sangat mengapresasi karya Maftuh tersebut. Apresiai itu seakan mendorong Maftuh untuk mencoba menghasilkan video lain meskipun diproduksi  menggunakan smartphone jadulnya itu. 

Sering sekali ia menawarkan ke temannya untuk menjadi model pembuatan video. Tentunya disambut ramah oleh temannya karena sudah mengetahui bahwa hasil editan video maftuh memang bagus. Seiring berjalannya waktu, ia sudah mendekati penghujung kegiatan akademik di SMA. 

Untuk pertama kalinya ia ditawarkan untuk menggarap project yang menurutnya sudah cukup besar pada saat itu, yaitu merekam kemeriahan untuk mengenang momen kelulusan untuk satu angkatan di sekolahnya. Namun ia sempat ragu untuk menerima tawaran tersebut karena merasa dirinya belum ahli untuk mengedit video. 

Beberapa temannya berusaha meyakinkan maftuh, termasuk sang ketua osis yang turun langsung untuk meminta maftuh menggarap project tersebut. Setelah video itu selesai, ternyata ketua osis itu seakan menghianati maftuh. Karena ia tidak diperbolehkan mencantumkan nama editor di credit title video tersebut. 

Dengan alasan Maftuh bukan termasuk panitia project kelulusan angkatannya. Kecewa? Jelas, karena maftuh yang pada awalnya ragu menerima project itu seakan tidak dihargai saat project video kelulusan tak diboleh diakui karya miliknya. Namun Maftuh tak membesar-besarkan masalah tersebut. Justru ia semakin giat untuk melatih skillnya, meskipun ia merasa sakit hati atas perbuatan Ketua Osis tersebut.

Hal itu seolah menjadi pintu untuk seorang pemuda ini semakin yakin untuk menggapai dan mewujudkan kesuksesannya. Berawal dari kesenangannya mengedit dan perasaan sakit hati tidak dihargai, ia akhirnya bertekad mencoba untuk masuk pada suatu project house milik temannya dan berusaha untuk menambah skill nya disana.

Meski Susah Tetap Rajin Sedekah  

Siang itu sekitar awal bulan Juni 2018,matahari seolah tepat berada diatas kepala. Suasana kota Lampung yang memang meliki suhu udara mencapai 37C disiang hari memang menjadi tantangan tersendiri bagi pekerja yang berjuang di jalanan termasuk tukang parkir di sebuah toko alat tulis. 

Maftuh memang tipe orang yang rajin sedekah, saat itu ia melihat orang tua berusia lanjut yaitu seorang tukang parkir  yang terlihat lelah dan kepanasan dan ternyata orang yang parkir di lokasi ia berjaga tidak banyak.

Biasanya Maftuh hanya memberi upah Rp. 2000 untuk tukang parkir. Tapi pada saat itu ia berinisiatif untuk memberi pria paruh baya tersebut upah sebesar Rp. 20.000 . Uang itu merupakan uang terakhir yang ia punya. Namun karena sikap dermawanya ia memberikan semua uang yang ia miliki kepada tukang parkir tersebut. Bapak itu mengucapkan banyak terimakasih kepada Maftuh dan mendoakannya hal yang baik.

Selang beberapa hari, seolah doa tukang parkir itu langsung diijabah oleh Allah SWT. Untuk pertama kalinya, Maftuh mendapat tawaran untuk mengedit sebuah video pernikahan dari salah satu vendor videografer milik bos temannya. Ia sangat bersyukur dan saat itu ia bersemangat sekali menyelesaikan pekerjaaan pertamanya yang jelas menghasilkan uang.

Seiring berjalannya waktu, tawaran job semakin bertambah. Semua klien merasa puas dengan hasil editing video darinya. Namun kesenangannnya pun seakan di gerus habis oleh Tuhan.

Masuknya virus mematikan ke Indonesia, seakan melalap habis ladang pekerjaan yang baru saja dinikmati oleh Maftuh. Virus ini tak hanya menyerang negara Indonesia tetapi menyerang seluruh bagian negara. Berawal dari kota kecil yaitu Wuhan di Cina. Virus ini tak main-main, penyebarannya sangat cepat yaitu melalui droplet makhluk hidup. Miliyaran  korban dari berbagai belahan negara telah gugur dikalahkan oleh virus ganas ini. Pemerintah sudah memperketat protokol kesehatan di Indonesia. Manusia dilarang untuk berekerumun agar meminilasir resiko  penularan virus.

Hal tersebut jelas berdampak pada sektor event organizer yang tak lain adalah ladang usaha seorang videografer, pemerintah melarang masyarakat menggelar acara yang mengundang orang banyak. Hal tersebut membuat beberapa klien membatalkan penyewaan jasa videografer, karir Maftuh yang baru saja mendapatkan jalan terang seolah langsung ditutup dengan gelapnya badai.

Ia sempat putus asa dengan keadaan itu, dalam beberapa bulan pertama saat covid-19 melanda, ia tak mendapat panggilan job sama sekali. Sedangkan pada saat itu ia sedang sangat membutuhkan banyak biaya, karena ternyata kondisi kesehatan ayahnya mulai menurun. 

Maftuh sebagai anak bungsu yang juga menjadi tulang punggung keluarga harus memutar otak bagaimanapun caranya harus tetap mendapat uang meski tak dapat panggilan job videografer dari event organizer  agar dapat membeli obat-obatan untuk ayahnya.

Sekitar bulan oktober 2020, ia mencoba untuk menawarkan jasa videografer ke kampus tempat ia melanjutkan pendidikan tinggi. Kebetulan ia kuliah di kampus yang masih terbilang baru yaitu ITERA (Institut Teknologi Sumatra). Saat itu ia memiliki ide untuk menawarkan project University Profile agar bisa menjadi media untuk branding kampus tersebut. Cukup lama Maftuh menunggu pengajuan penawarannya tersebut di ACC. Saldo ATM nya sudah limit bahkan sudah tidak bisa di ambil lagi.

Namun mukjizat seolah tiba di waktu yang tepat, pengajuan penawarannya untuk menggarap project University Profile di setujui oleh pihak kampus. Ia sangat senang ternyata masih ada harapan di balik peliknya kehidupan di masa pandemi ini. Ia buru-buru menuju kampus keesokan harinya untuk merundingkan kesepakatan harga project video. 

Setelah semuanya deal Maftuh mendapatkan DP. Tak lupa ia selalu membiasakan diri untuk bersedekah setiap kali ia mendapat rezeki dari Allah SWT. Karena ia yakin sebagian rezeki yang diberikan padanya, ada hak orang lain yang pasti lebih membutuhkan. 

Kebiasaan bersedekah memang sudah di ajarkan oleh ayahnya sejak ia masih duduk dibangku Pendidikan Usia Dini (PAUD). Ayahnya selalu berpesan padanya bahwa sesusah-susahnya kehidupan kita jangan pernah lupa untuk berbagi terhadap sesama, masih banyak orang yang nasib nya lebih memprihatinkan dari kita.

Setelah selesai project University Profile, pemerintah melonggarkan peraturan dalam hal kegiatan masyarakat. Dimana pemerintah memperbolehkan untuk mengadakan acara namun tetap dengan jumlah orang yang tak banyak lalu tetap menerapkan protokol kesehatan. Kabar ini merupakan hal baik untuk Maftuh yang seorang videografer, karena tawaran untuk job sudah mulai berdatangan lagi. Keuangannya kembali normal.

Tak lama dari peraturan pemerintah tersebut, Bak mendapat durian runtuh. Maftuh mendapat tawaran untuk menjadi videografer prewedding yang mengambil lokasi shooting di luar negri.

Maftuh kaget mendengar tawaran itu, tak terbayangkan sebelumnya bahwa ia akan pergi keluar negri bahkan dibayar. Tanpa berfikir panjang ia langsung menyutujui tawaran tersebut, mengingat perkuliahan masih dilakukan dengan sistem online. Jadi ia tak ragu untuk mengambil tawaran tersebut. Saat itu negara yang menjadi lokasi shooting adalah turkey.

Ia tak pernah menyangka kegiatan mengedit yang dahulu nya hanya karena iseng  mencoba  dan juga pernah menjadi alasan maftuh di khianati oleh teman SMA nya, saat ini seolah menjadi mesin uang untuk Maftuh dan keluarganya.

Terkadang ia berfikir apakah nikmat ini ia peroleh semata-mata karena kemurahan hatinya untuk berbagi terhadap sesama. Karena realitanya masih banyak seseorang yang lebih profesional darinya yang pantas mendapatkan pekerjaan sebesar itu. 

Skenario Tuhan memang tak ada yang bisa menebak alur ceritanya. Seseorang yang dahulu dipandang rendah bahkan dihianati oleh teman-temannya. Sekarang jadi seseorang yang nasibnya paling baik diantara orang-orang tersebut.

Bahkan pernah suatu hari, seorang teman yang menghianatinya semasa duduk dibangku SMA tiba-tiba menghubungi Maftuh dengan niat ingin meminjam uang. Awalnya Maftuh tak merespon, namun ia tak sanggup melihat temannya mengemis iba padanya agar di pinjamkan uang dengan alasan untuk biaya kost yang sudah menunggak beberapa bulan.

Singkat cerita, akhirnya Maftuh memberinya uang. Namun uang itu tak dianggap hutang oleh Maftuh. Ia ikhlas memberinya karena Maftuh paham betul bagaimana rasanya berada di kondisi pelik tersebut. Itulah  mengapa jangan pernah merendahkan seseorang hanya karena ia terlihat lemah dan tak memiliki apa-apa, bisa jadi orang yang dahulu dikhianati adalah satu-satunya seseorang yang bisa membantu dirimu. Sehebat apapun manusia tak akan ada yang bisa melihat nasib manusia di masa depan. Hal itu yang selalu ditanamkan pada diri Maftuh untuk terus bersikap membumi dan saling tolong menolong sesama.

"Saya harap kisah dan perjuangan ini bisa menginspirasi banyak orang terutama mereka yang sedang mengalami sulitnya perjuangan" begitulah harapan yang disampaikan oleh Maftuh. Tak peduli bagaimanapun kondisi keuangan, jangan pernah berhenti untuk berbagi. Karena sejatinya tidak ada kisah orang yang bersedekah jadi jatuh miskin. Justru dengan bersedekah kita jadi memperluas pintu rezeki untuk diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun