Mohon tunggu...
Diana Mustika Okty
Diana Mustika Okty Mohon Tunggu... Guru - Guru

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Senam Irama

9 Desember 2022   11:44 Diperbarui: 9 Desember 2022   12:47 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR
ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN SENAM IRAMA 

Diana Mustika Okty

            Setiap anak dilahirkan dengan potensi dan keunikan tersendiri sebagai mahkluk cipataan Allah SWT. Untuk menumbuh kembangkan potensi dalam diri anak dibutuhkan suatu rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak. Salah satu perkembangan yang dapat distimulasi adalah perkembanan motorik kasar. Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan gerak pada anak yang dapat distimulasi secara optimal dengan menggunakan berbagai cara atau media maupun metode pembelajaran yang menarik, dan kreatif. Salah satunya adalah menggunakan kegiatan senam irama. Melalui kegiatan senam irama, anak dapat menggerakkan seluruh anggota badannya. Peneliti menggunakan kegiatan senam irama untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak karena perkembangan motorik kasar anak-anak di Taman Kanak-kanak Jati Asih Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka masih mengalami kesulitan, ini terlihat dari sebagian anak yang tampak kesulitan dalam menggerakan gerakan kombinasi antara tangan dan kaki.

            Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada kelompok B di Taman Kanak-kanak Jati Asih Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka terdiri dari 17 orang anak, diantaranya 9 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Peneliti melakukan penelitian dalam 3 siklus dengan teknik pengumpulan data melalui teknik observasi dan dokumentasi. Dalam setiap siklus terdapat lagu atau musik yang berbeda, dalam siklus I peneliti menggunakan lagu "ikan berenang", di siklus II peneliti menggunakan lagu "kukuruyuk" dan di siklus III menggunakan lagu "kelinci melompat".

            Hasil pengumpulan data dari setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu pada kondisi awal anak menerapkan kegiatan senam irama masih rendah dengan nilai rata-rata 1.35 dengan nilai presentase 38.52%. Pada tahap siklus I mencapai 1.42 dengan presentase 40.39%, siklus II menjadi 1.80 dengan presentase 51.07% , dan di siklus III naik menjadi 2.62 dengan presentase menjadi 74.41%. Hal ini terbukti dari setiap siklus mengalami peningkatan bahwa melalui kegiatan senam irama dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini.

Kata Kunci : Kegiatan Senam Irama dan Kemampuan Motorik Kasar 


PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Anak Usia Dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar sepanjang rentang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Setiap anak dilahirkan dengan potensi dan keunikan tersendiri sebagai mahkluk ciptaan Tuhan. Untuk menumbuh kembangkan potensi dalam diri anak dibutuhkan suatu rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

Hal ini sesuai dengan Undang - Undang Permendikbud Nomor. 84 Tahun 2014 Pasal I tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang menjelaskan bahwa "Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut".  PAUD yang didalamnya terdapat Taman Kanak-kanak (TK), Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), Kelompok Bermain (KOBER), Taman Penitipan Anak (TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS).

Anak usia taman kanak-kanak berada pada rentang usia 4-6 tahun. Di dalam Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 pada bab VI pasa 28 dijelaskan "bahwa Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan formal pada jalur pendidikan anak usia dini yang mendidik anak usia 4-6 tahun". Tujuan pendidikan taman kanak-kanak adalah membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, perilaku, pengakuan, keterampilan dan kreativitas yang diperlukan oleh anak dalam pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. Dalam tumbuh kembangnya, anak usia taman kanak-kanak selalu mengikuti irama perkembangannya. Pada masa usia ini disebut juga dengan istilah masa keemasan (golden age). Masa keemasan pada anak ini tidak dapat dilewatkan begitu saja, karena hanya terjadi sekali dalam hidup anak. Selain itu, masa keemasan anak ini tidak dapat diulang kembali dalam hidupnya. Stimulasi-stimulasi yang diperoleh anak pada masa ini akan sangat berguna bagi kelangsungan hidup di masa mendatang.

Dalam perkembangannya, anak memiliki beberapa aspek perkembangan yang harus distimulasi sejak usia dini. Menurut Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) ada beberapa aspek yang dapat dikembangkan yaitu aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, dan seni. Aspek perkembangan anak akan optimal apabila mendapatkan stimulasi dari orang-orang terdekat yang dimulai sejak usia dini. Apabila aspek perkembangan anak tidak distimulasi sejak dini, maka perkembangannya akan terhambat.

Salah satu perkembangan anak yang dapat distimulasi adalah perkembangan motorik. Perkembangan motorik menurut Corbin (Sumantri, 2005: 48) adalah perubahan kemampuan gerak dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak. Jadi melalui pendidikan anak usia dini perkembangan gerak pada anak dapat distimulasi agar berkembang secara optimal. 

Menurut Bambang Sujiono (2008: 1.12) menjelaskan bahwa dalam mengembangkan kemampuan motoriknya, anak juga mengembangkan kemampuan mengamati, mengingat hasil pengamatannya dan pengalamannya. Anak mengamati guru, anak lain atau dirinya saat bergerak. Ia, kemudian mengingat gerakan motorik yang telah dilakukannya atau yang telah dilatihkan oleg gurunya agar dapat melakukan perbaikan dan penghalusan gerak. Anak juga harus memiliki keterampilan dasar terlebih dahulu sebelum ia mampu memadukannya dengan kegiatan motorik yang lebih kompleks.

Perkembangan motorik pada anak meliputi dua macam, yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik halus. Pengembangan keterampilan motorik kasar meliputi kegiatan seluruh tubuh atau bagian tubuh yang melibatkan bermacam koordinasi kelompok otot-otot tertentu. Pengembangan motorik halus menggunakan otot halus pada kaki dan tangan.

Bambang Sujiono (2008: 1.13) menjelaskan bahwa gerakan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Oleh karena itu, biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot-otot yang lebih besar. Pengembangan motorik kasar juga memerlukan koordinasi kelompok otot-otot anak yang tertentu yang dapat membuat mereka dapat meloncat, memanjat, berlari, menaiki sepeda roda tiga, serta berdiri dengan satu kaki.

Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA) usia 5-6 tahun yang harus dicapai dalam bidang perkembangan motorik kasar yaitu melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenterun, keseimbangan, dan kelincahan, melakukan koordinasi gerakan mata-kaki-tangan-kepala dalam menirukan tarian atau senam, melakukan permainan fisik dengan aturan, terampil menggunakan tangan kanan dan kiri.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, terutama dalam hal perkembangan motorik kasar, anak-anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Jati Asih Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka masih mengalami kesulitan. Sebagian besar anak tampak bermalas-malasan menggerakkan tubuhnya, terutama gerakan yang melibatkan koordinasi antara tangan dan kaki yang dilakukan secara bersamaan. Dari 17 orang siswa kelompok B di TK Jati Asih Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran hanya 30% yang bisa menggerakan tubuhnya secara bersamaan atau mengkobinasikan gerakan tangan dan kaki. Hal ini terlihat ketika anak melakukan kegiatan senam irama. Masih banyak anak yang mengalami kesulitan dalam mengkombinasikan gerakan tangan dan kaki. Ketika guru memberi contoh gerakan berjalan di tempat sambil bertepuk tangan, masih banyak anak yang mengalami kesulitan. Ada anak hanya menggerakkan kaki saja, ada anak yang hanya bertepuk tangan dan ada pula anak yang justru diam saja.

Ketika guru memberikan contoh gerakan berjalan sambil menganggukkan kepala, anak-anak juga masih mengalami kesulitan. Banyak anak yang hanya diam saja, tidak menirukan gerakan dari guru. Sebagian kecil anak menirukan gerakan guru, tetapi tidak sempurna. Ada anak yang menirukan gerakan berjalan kaki saja. Ada pula yang hanya menirukan gerakan menganggukkan kepala.

Sejalan dengan tujuan dalam mengembangkan motorik kasar melalui senam irama hal ini sesuai dengan penjelasan Aip Syarifuddin & Muhadi (1993: 117) bahwa senam irama adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang merupakan perpaduan antara berbagai bentuk gerakan dengan irama musik yang mengiringi. Melalui kegiatan senam irama, anak dapat menggerakkan seluruh anggota badannya, sehingga kemampuan motorik kasarnya akan meningkat. Selain itu, kombinasi antara tangan dan kaki dapat terstimulasi melalui kegiatan senam irama.

Dasar gerak yang ada dalam senam irama meliputi gerakan lengan, gerakan kaki, dan kombinasi antara gerakan lengan dan kaki (Aip Syarifuddin & Muhadi, 1993: 118).  Gerakan lengan meliputi ayunan satu lengan, ayunan dua lengan dan putaran lengan. Gerakan kaki meliputi ayunan kaki, gerakan jalan atau langkah dan gerakan loncat. Gerakan kaki dan gerakan lengan dilakukan secara bersamaan sehingga tercipta kombinasi antara gerakan tangan dan kaki.

Solusi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak kelompok B di Taman Kanak-kanak Jati Asih Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka, dapat dilakukan dengan kegiatan senam irama yang sederhana. Dengan menggunakan musik yang sudah sering didengar oleh anak, dan durasi yang tidak terlalu lama, kegiatan senam irama akan lebih menyenangkan. Gerakan yang digunakan dalam kegiatan senam irama menggunakan gerakan sederhana yang dapat meningkatkan kemampuan otot-otot besar anak sehingga kemampuan motorik kasar anak dapat berkembang.

METODE

Lokasi Penelitian : Lokasi penelitian ini dilaksanakan di TK Jati Asih di Jalan Jaya Sentosa No.2 Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka. 

Waktu Penelitian : Penelitian berlangsung pada semester I tahun pelajaran 2019/2020. 

Rancangan Penelitian 

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmin dan Mc. Taggart. Alasan pengunaan model penelitian ini karena lebih mudah untuk di pahami, sehingga akan lebih mudah dan lebih lancar dalam implementasinya, tentunya hal ini juga akan berdampak pada tercapainya tujuan penelitian yang lebih mudah. Dalam model penelitian ini tiap-tiap siklus kegiatan terdiri atas empat komponen yaitu: perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observing), dan refleksi (reflection). Dalam penelitian ini terdapat beberapa siklus sesuai dengan hasil yang diharapkan. Rancangan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 

  • Siklus I Perencanaan (plan) 

Perencanaan tindakan (plan) menurut Saur Tampubolon (2014: 26) adalah suatu perencanaan dalam bentuk penyusunan perangkat pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi, hasil pelaksanaan prapenelitian atau refleksi awal. Menyusun perangkat pembelajaran yang akan dilaksanakan meliputi komponen sebagai berikut: Memilih media atau alat dan bahan pembelajaran. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH). Membuat instrumen penilaian atau pengumpulan data untuk mengamati hasil yang dicapai oleh siswa. Tindakan (action) Pelaksanaan tindakan (action) adalah pelaksanaan pembelajaran di kelas sebagai guru model dengan menggunakan alat dan bahan, atau media pembelajaran yang telah direncanakan. Observasi (observing) Observasi (observing) adalah pengamatan atas pelaksanaan proses pembelajaran di kelas secara bersamaan sebagai peneliti dan observasi terhadap perubahan perilaku siswa atas tindakan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpulan data. Refleksi (reflection) Refleksi (reflection) adalah rekomendasi atas hasil evaluasi analisis data guna ditindaklanjuti pada siklus berikutnya. 

  • Siklus II Pelaksanaan tindakan pada siklus II berupa perbaikan tindakan dan disesuaikan dengan hasil refleksi pada siklus I. 
  • Siklus III Siklus ke III dilakukan dengan langkah-langkah seperti pada siklus I dan siklus II yang merupakan perbaikan dari langkah sebelumnya. Apabila hasil yang dilakukan sudak mencapai target maka siklus sudah dianggap selesai. 

Sumber Data 

Subjek penelitian ini adalah siswa TK Jati Asih Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2019/2020, adapun jumlah siswa dimaksud adalah 17 orang anak, terdiri dari 9 orang anak laki-laki dan 8 orang anak perempuan. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. 

Observasi 

Observasi adalah suatu teknik yang dapat digunakan guru untuk mendapatkan berbagai informasi atau data tentang perkembangan dan permasalahan anak. Partisipasif yang memungkinkan peneliti dapat mengamati dan melakukan pencatatan secara cermat perilaku anak didik dalam proses pembelajaran motorik kasar pada anak usia dini. Untuk mengetahui peningkatan pembelajaran motorik kasar dan mencermati bagaimana tindakan dan sikap anak selama mengikuti proses pembelajaran senam irama, peneliti merancang instrument penelitian yang digunakan yaitu berupa lembar observasi guru. Kinerja Guru Kinerja guru digunakan dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang kinerja atau kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran.

HASIL PENELITIAN

kondisi awal yang terjadi di TK Jati Asih dalam pembelajaran motorik kasar dengan menggunakan kegiatan senam irama diperoleh nilai 38,52% dengan rata-rata nilai 1.35 (Belum Berkembang) yang artinya bahwa sangat membutuhkan perubahan dalam pembelajaran kemampuan motorik kasar melalui kegiatan senam irama.

  1. siklus 1

siklus I perolehan nilai rata-rata kemampuan motorik kasar anak usia dini adalah 1.42 dengan presentase kemajuan sebesar 40.39%. Kondisi ini menunjukan bahwa pencapaian nilai masih di bawah kriteria penilaian minimal yang ditetapkan yaitu 2.5, oleh sebab itu penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya yaitu siklus II. siklus I perolehan nilai rata-rata kemampuan motorik kasar anak usia dini adalah 1.42 dengan presentase kemajuan sebesar 40.39%. Kondisi ini menunjukan bahwa pencapaian nilai masih di bawah kriteria penilaian minimal yang ditetapkan yaitu 2.5, oleh sebab itu penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya yaitu siklus II.

  1. siklus 2

siklus II perolehan nilai rata-rata kemampuan motorik kasar anak usia dini adalah 1.80 dengan presentase kemajuan sebesar 51.07%. Kondisi ini menunjukan bahwa pencapaian nilai masih di bawah kriteria penilaian minimal yang ditetapkan yaitu 2.5, oleh sebab itu penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya yaitu siklus III. ketuntasan belajar pada siklus II dalam upaya meningkatkan kemampuan mototik kasar anak usia dini melalui kegiatan senam irama masih belum menunjukan hasil yang maksimal hal ini terlihat dari nilai rata-rata ketuntasan belajar 1.80 dengan prentase 51.07%, sedangkan kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan dengan nilai maksaimal 2.5 atau 70%.

  1. siklus 3

Pada siklus III dalam penilaian kemampuan motorik kasar anak usia dini melalui kegiatan senam irama mengalami perubahan yang signifikan sesuai harapan. Rata-rata nilai kemampuan motorik kasasr pada siklus I baru mencapai 1.42, siklus II naik 0.38 hingga menjadi 1.80 dan pada siklus II naik lagi 0.82 menjadi 2.62 dengan presntase kemajuan dari 40,39% pada siklus I naik 10,68% menjadi 51,07% pada siklus II, dan pada siklus III naik lagi 23,34% hingga menjadi 74,41%. Hal ini berarti telah melebihi target kriteria minimal. Oleh karena itu penelitian berhenti sampai siklus III. ketuntasan belajar pada siklus III dalam upaya meningkatkan kemampuan mototik kasar anak usia dini melalui kegiatan senam irama sudah menunjukan hasil yang maksimal hal ini terlihat dari nilai rata-rata ketuntasan belajar 2.62 dengan prentase 74.41%, sedangkan kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan dengan nilai maksimal 2.5 atau 70%. Oleh karena itu maka penelitian berhenti sampai siklus III.

Tabel 1.1

Ketuntasan Belajar Anak dalam Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini

NO

Uraian

Kondisi Awal

Hasil Siklus I

Hasil Siklus II

Hasil Siklus III

1.

Niai rata-rata kemampuan motorik kasar

1.35

1.42

1.80

2.62

2.

Presentase

38.52%

40.39%

51.07%

74.41%

  

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dari siklus I sampai dengan siklus III kinerja guru menunjukan kenaikan, hal ini disebabkan guru termotivasi untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar kepada anak yang ditunjang dengan aktivitas anak yang semakin meningkat dari siklus I. Siklus II dan siklus III.

Kondisi awal kinerja guru yaitu 62.93% masih rendah, karena belum menerapkan kegiatan senam irama. Kinerja guru pada siklus I yaitu 66.37% sudah mulai ada peningkatan seiiring dengan penerapan kegiatan senam irama. Kinerja guru pada siklus II mengalami peningkatan yaitu 72.41%. Kinerja guru pada siklus III juga mengalami peningkatan yaitu 88.79%. Kemudian deskripsi hasil observasi anak dalam upaya meningkatkan kemampuan mototik kasar anak usia dini melalui kegiatan senam irama yang dilaksanakan pada kondisi awal, siklus I, siklus II, dan siklus III. Kemampuan motorik kasar pada kondisi awal pada kelompok B di TK Jati Asih dengan menerapkan kegiatan senam irama masih rendah atau hanya 38.52%. Pada siklus I kemampuan motorik kasar anak dengan menerapkan kegaitan senam irama pada kelompok B di TK Jati Asih yaitu 40.39% sudah mulai ada peningkatan. Pada siklus II kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan senam irama meningkat 10.68% dari nilai presentase siklus I 40.39% menjadi 51.07% pada siklus II, artinya anak sudah mulai mengikuti gerakan dalam kegiatan senam irama. Pada siklus III sudah mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 88.79%. Peserta didik pada Kelompok B di TK Jati Asih sudah bisa memahami dan mengikuti pembelajaran tentang motorik kasar melalui kegiatan senam irama. 

Perhitungan di atas sekaligus membuktikan teori yang dikemukakan oleh Aip Syarifuddin & Muhadi (1993: 117) bahwa senam irama adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang merupakan perpaduan antara berbagai bentuk gerakan dengan irama musik yang mengiringi. Melalui kegiatan senam irama, anak dapat menggerakkan seluruh anggota badannya, sehingga kemampuan motorik kasarnya akan meningkat. Selain itu, kombinasi antara tangan dan kaki dapat terstimulasi melalui kegiatan senam irama. Hal ini terbukti dari setiap siklus mengalami peningkatan dari setiap aspek perkembangan motorik kasar anak. Selain itu, hal tersebut membuktikan hipotesis tindakan penelitian ini adalah "Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Senam Irama di TK Jati Asih Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2019/2020."

SIMPULAN

Perencanaan pembelajaran motorik kasar anak usia dini melalui kegiatan senam irama di TK Jati Asih Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2019/2020 yaitu peneliti melakukan koordinasi dengan guru tentang penggunaan kegaitan senam irama untuk meningkatkan kemampuan  motorik kasar anak usia dini. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) bersama guru. Merancang instrumen penilaian sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran, menetapkan kegiatan senam irama sebagai kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini. Pelaksanaan pembelajaran motorik kasar anak usia dini melalui kegiatan senam irama yaitu guru melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tema Binatang. Pada siklus I kegiatan senam irama dengan menggunakan musik/lagu "Ikan Berenang", pada siklus ke II kegiatan senam irama dengan menggunakan musik/lagu "Kukuruyuk", dan pada siklus ke III kegiatan senam irama dengan menggunakan musik/lagu "Kelinci Melompat". Hasil pembelajaran motorik kasar anak usia dini melalui kegiatan senam irama di TK Jati Asih Desa Jatipamor Kecamatan Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2019/2020 mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, yakni siklus I mencapai rata-rata 1.42 dengan presentase 40.39% kemuadian mengalami peningkatan pada siklus II yaitu mencapai nilai rata-rata 1.80 dengan presentase 51.07%, pada siklus ke III juga mengalami peningkatan nilai rata-rata mencapai 2.62 dengan presentase 74.41%. Dengan demikian, kegiatan senam irama dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia dini di Taman Kanak-kanak Jati Asih Desa Jatipamor Kecamtan Panyingkiran Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2019/2020. 

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin & Muhadi.(1993). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.

Sujiono, B, dkk. (2017). Metode Pengembangan Fisik. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Sumantri.(2005). Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Tampubolon, S. (2014). Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Pendidik dan Keilmuan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

___. (2014). Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini. Majalengka :  Himpaudni Kabupaten Majalengka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun