Mohon tunggu...
Dian Andi Nur Aziz
Dian Andi Nur Aziz Mohon Tunggu... Penulis - Menulis Lagi

Karena pelupa maka ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Telepon Ibu Mertua

16 Juli 2020   00:05 Diperbarui: 16 Juli 2020   00:05 1711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Mertua sedang menunggu pesanan saat makan bersama Kami dan keluarga besarnya (Dok. Pribadi).

Pernikahan kami sudah memasuki dekade kedua. Untuk mencapai durasi selama ini banyak kisah yang mewarnai perjalanan pernikahan kami. Pun, saya yakin setiap pasangan memiliki pengalamannya masing-masing.

Bagi kami tidak ada formula baku agar pernikahan bisa terus berlanjut hingga selama ini. Tetapi yang tetap harus diingat adalah bahwa pernikahan adalah marathon. Suami istri adalah team yang harus mampu mengatur energi pernikahan agar bersama-sama bisa mencapai garis finish.

Kita tidak tahu kapan akan mencapai finish. Hanya Tuhan yang tahu. Tugas kita hanya mengatur energi agar bertahan sampai akhir.

Pasangan yang masih menjalani pernikahan lebih lama dari kami lebih banyak. Sebagian diantara mereka berpisah bahkan karena kematian. Mereka punya cara masing-masing untuk terus bersama-sama. Tetapi setidaknya kami melihat mampu menegosiasi ego masing-masing hingga berada pada titik temu yang seimbang.

Selain itu, mereka bisa menghadapi hal-hal yang muncul dari luar lingkungan rumah tangga. Banyak hal-hal sederhana yang dapat berubah menjadi gangguan dalam komunikasi suami istri. Contohnya soal telepon dari Ibu Mertua.

Saya bukan ingin bercerita bagaimana perjalanan pernikahan kami tapi Ibu Mertua saya. Persisnya bagaimana perlakuan Ibu Mertua kepada anak perempuan yang sudah saya nikahi itu.

Rumah kami berada di satu komplek dengan rumah mertua. Hampir setiap hari kami berkunjung ke rumah Ibu. Hanya sekedar menengok Ibu atau kadang kala menginap. Ibu mertua tinggal bersama adik saya.

Akhir-akhir ini saya dan istri memperhatikan kebiasaan menelpon Ibu Mertua kepada istri saya. Berikut adalah beberapa topik-topik pembicaraan yang biasanya disampaikan ibu melalui telepon.

Kenapa Belum ke Rumah

Hampir setiap hari istri saya main ke rumah Ibu. Istri saya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Jadi bisa setiap hari bisa menengok ibu.

Bila hingga siang hari belum juga nongol ke rumah ibu maka tunggu saja pasti ibu akan menanyakan "Lagi ngapain?" Padahal sudah pasti sedang bersama saya karena dalam masa PSBB kali ini saya bekerja dari rumah.

Sedang Ada Dimana ?

Kami biasanya akan mengajak Ibu mertua ikut jalan keluar bila ada kesempatan keluar bersama-sama. Walaupun hanya di dalam kota. Kenapa? Karena kalau tidak diajak maka siap-siap ibu akan menelpon berkali-kali sedang ada dimana. Padahal kami di awal sebelum berangkat sudah menyampaikan tujuan kami keluar rumah.

Bagaimana kalau Ibu Mertua tidak kami ajak? Siap-siap kami akan mendapat telapon dari beliau untuk menanyakan sedang ada dimana. Padahal sebelum di awal kami sudah menyampaikan rencana kepergian kami kepada beliau.

Jangan Lama-Lama 

Ibu pernah menelpon istri saat bersama saya dan anak-anak jalan-jalan. Meski di dalam kota, Ibu Mertua bisa menelpon istri beberapa kali. Ibu hanya bertanya lagi sedang ada. Kadang-kadang keceplosan bilang perginya jangan lama-lama, "Cepet pulang, jangan lama-lama."

Di sinlah kadang kami geli sendiri. Istri saya jelas-jelas sudah menikah dengan saya. Tetapi seringkali ketika saya dan istri keluar rumah bersama-sama dengan anak-anak saya sering sekali akan menelpon dan bertanya "pulang jam berapa?".

Mungkin ini pertanyaan biasa saja. Tapi berikutnya bagi kami sedikit kocak ketika mertua mengingatkan istri saya agar jangan lama-lama. Beliau tidak menjelaskan kenapa jangan-lama. Padahal beliau tau istri saya pergi bersama saya, suaminya, bahkan anak-anak semua diajak.

Kami kadang geli sendiri. Ibu minta cepet-cepet pulang. Padahal tidak ada yang menunggu di rumah. Kami pergi jalan-jalan tidak sampai menginap. Istri pergi bersama saya, suaminya, dan anak-anak. Dan kalau pulang, pulangnya pun ke rumah kami sendiri, bukan ke rumah Ibu Mertua.

Makan Di Sini 

Kadang kala juga Ibu Mertua menelpon istri hanya untuk menanyakan masak apa hari ini. Kadang juga sebaliknya, istri juga sering menelpon Ibu masak apa hari ini.

Kalau isi pembicaraan telepon soal masakan maka kami menyadarkan diri sebaiknya kami datang untuk makan di rumah Ibu.

Kadang kalau kami tidak paham juga maunya Ibu, beliau akan langsung bilang "Makan di sini ya, aku masak banyak."

'Lupa' Anaknya Sudah Menikah

Dari beberapa rangkaian tindakan Ibu Mertua saya ini, istri kadang-kadang serasa masih lajang. Istri masih ingat ketika selepas kelas kuliah selesai, telepon seluler akan bordering. Ibu menanyakan apakah selesai.

"Kalau sudah selesai langsung pulang, ya!" perintah beliau.

Bagi kami, kebiasaan Ibu Mertua ini cukup menggelikan. Kami sempat berpikir, sepertinya Ibu Mertua kadang lupa kalau anaknya itu sudah menikah. Sudah ada suami di sampingnya. Jadi kadang kami masih heran sepertinya Ibu masih was-was dan khawatir ketika anak perempuannya sedang berkegiatan di luar.

Ibu Ingin Ditemani 

Ibu mertua adalah orang yang selau ingin memastikan keluarganya dalam kondisi baik-baik saja. Tentu begitu juga dengan Ibu-Ibu yang lain. Ada keinginan untuk selalu melihat anak-anak dan keluarganya.

Namun, akhir-akhir ini, kami lebih melihat beliau selalu ingin menelpon anak-anaknya bukan karena rasa khawatir seperti ketika mereka masih lajang. Ibu lebih ingin merasa ditemani. Anak-anak adalah teman-temannya di masa tuanya. Apalagi setelah ditinggal suami untuk selama-lamanya.

Peringatan untuk pergi jangan lama-lama mengingatkan pada masa-masa dulu ketika masih lajang. Orang tua ingin agar anak-anaknya segera pulang. Itu wajar menurut saya karena masih lajang.

Tetapi kalau setiap kali istri saya pergi bersama saya, apalagi kalau menjelang malam belum pulang kadang-kadang beliau meminta  untuk pulang jangan malam-malam. Mungkin takut kalau malam ada kenapa-kenapa.

Bagi kami lucu, karena jelas-jelas istri saya berangkat bersama saya, suaminya, lo..

Nah, kalau pergi sendiri istri saya akan lebih sering ditelpon agar segera pulang. Contohnya ketika istri saya menjemput anak kami di sekolah. Ponsel istri saya biasanya akan bordering menerima panggilan dari ibunya.

"Cepetan pulang, ya !" Perintah Ibu.

Ini kocak. Karena saya sebagai suami, tidak meminta untuk segera pulang tetapi yang minta cepet pulang malahan Ibunya.

Dari beberapa rangkaian kebiasaan Ibu Mertua kami semakin kami memahami bahwa Ibu Mertua tidak bisa jauh-jauh dari anak-anaknya. Kalau bisa semua anak-anaknya terpantau tiap hari. Bagi yang sudah menikah mungkin ada yang pernah mengalami hal ini.

Kami menyimpulkan bahwa Ibu mertua tidak bisa terlalu lama tidak mendengar keberadaan anak-anaknya. Bahkan untuk anak perempuan yang sudah menikah. Ibu ingin selalu ditemani-anak-anaknya.

Dengan model Ibu Mertua kami perkembangan komunikasi telepon seluler saat ini sangat membantu kami memastikan beliau merasa ditemani. Meskipun kami tidak hadir secara fisik setiap saat, dengan menelpon beliau, cukup untuk memberikan rasa bahwa anak-anak tetap ada di sampingnya.

Untuk itu kami memerlukan jaringan seluler yang kuat dan stabil. Karena komunikasi kami dengan ibu seringkali melalui panggilan video kami juga memerlukan penyedia jaringan yang kencang dan stabil.

Tri

Salah satu provider yang bisa diandalkan adalah Tri. Jaringan Tri di tempat kami stabil dan kuat. Saya bisa mengatakan ini karena sebelum membeli kartu perdana Tri saya cek dulu bagaimana cakupan internet Tri di wilayah kami. Di wilayah kami Tri bukan lagi 4G tapi sudah 4.5G seperti yang saya peta cakupan jaringan di https://tri.co.id/coverage.

Cakupan Jaringan 3 di Jabodetabek ( https://tri.co.id/coverage )
Cakupan Jaringan 3 di Jabodetabek ( https://tri.co.id/coverage )

Dari peta tersebut seluruh wilayah kami sudah mendapat sinyal 4.5G. Bahkan bila melihat peta lebih luas, Jaringan 3 Indonesia sudah menjangkau sebagian besar wilayah Indonesia.  Sinyal 4.5 G punya kecepatan lebih dari jaringan 4G dan lebih stabil.

Dengan perkembangan Tri saat ini dijamin lancar untuk berinternetan. Apalagi kalau cuma panggilan video dengan Ibu Mertua. Dengan kekuatan jaringan ini maka tagar #Kalahkanjarak sangat tepat. Jarak antara kami dan Ibu diatasi, Ibu tetap merasa ditemani.  

Untuk soal inovasi produk, Tri termasuk yang paling menguntungkan pelanggan. Tri punya produk AlwaysOn dengan harga yang sangat terjangkau. Sisa kuota tak akan hangus karena lupa isi ulang data. Kita dapat internetan dengan kuota data yang aktif selama nomor Tri masih aktif. Bahkan tidak tanggung-tanggung kita bisa bebas telepon ke sesama nomor Tri selama dua jam selama 60 hari selama nomor dalam Masa Aktif (Produk).

Kita bisa memilih paket-paket Tri sesuai dengan kebutuhan. Kalau untuk kebutuhan Ibu Mertua AlwaysOn -- nya Tri ini sangat cocok. Dengan Tri tidak ada kekhawatiran sinyal lemot untuk panggilan video seperti yang biasa Ibu Mertua kami yang tahun berulang tahun ke- 64 tahun ini.

Kehadiran fisik memang penting untuk menemani orang tua kita. Tapi di saat kita tidak bisa hadir di depan beliau, komunikasi melalui telepon setidaknya bisa menggantikan sementara kehadiran kita. Kita bisa  KalahkanJarak. Tapi kehadiran kita tetap ditunggu oleh orang tua kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun