Mohon tunggu...
Firdiana Azaria Murdiyanti
Firdiana Azaria Murdiyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa Kesehatan Masyarakat di Universitas Airlangga dengan fokus minat pada penelitian (research) dan pengembangan sumber daya manusia. Saya meyakini bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu pilar penting dalam membangun masyarakat yang sehat dan berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Memahami ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

14 Agustus 2025   22:00 Diperbarui: 14 Agustus 2025   22:09 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatian, mengendalikan perilaku, dan mengatur aktivitas fisik. Gejalanya dapat berupa kesulitan fokus (inattention), perilaku terlalu aktif (hiperaktivitas), dan tindakan spontan yang sulit dikendalikan (impulsivitas).

ADHD umumnya mulai tampak pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 12 tahun. Menurut Kementerian Kesehatan RI, gangguan ini dibagi menjadi tiga tipe: inatentif, hiperaktif-impulsif, dan kombinasi. Tipe inatentif ditandai dengan kesulitan memusatkan perhatian pada tugas atau mengikuti instruksi. Tipe hiperaktif-impulsif terlihat dari perilaku gelisah, berbicara berlebihan, dan sulit menunggu giliran. Sedangkan tipe kombinasi memiliki ciri dari kedua tipe sebelumnya.

Penyebab ADHD bersifat multifaktorial. Faktor genetik memiliki peran besar, namun kondisi lingkungan seperti paparan asap rokok selama kehamilan, kelahiran prematur, atau berat badan lahir rendah juga dapat meningkatkan risiko. Diagnosis ADHD harus dilakukan oleh tenaga profesional sesuai kriteria DSM-5. Gejala harus bertahan minimal 6 bulan, terjadi di lebih dari satu situasi (misalnya di rumah dan sekolah), serta mengganggu fungsi sosial atau akademik anak.

Penanganan ADHD memerlukan pendekatan terpadu. Terapi farmakologis dapat menggunakan obat stimulan (seperti methylphenidate) atau non-stimulan (atomoxetine). Sementara itu, terapi non-farmakologis mencakup terapi perilaku, pelatihan keterampilan sosial, dan konseling keluarga. Dukungan dari orang tua sangat penting, misalnya dengan memberikan instruksi singkat dan jelas, menerapkan rutinitas yang konsisten, memberikan pujian untuk perilaku positif, serta menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Dengan deteksi dini, penanganan yang tepat, dan dukungan penuh dari lingkungan, anak dengan ADHD dapat berkembang secara optimal dan memiliki kualitas hidup yang baik.

Referensi:
1.Kementerian Kesehatan RI. Kenali Penyakit ADHD pada Anak dan Terapinya. Ayo Sehat -- Kemenkes RI. (ayosehat.kemkes.go.id)
2.Artikel Kenali ADHD Pada Anak, Mulai Karakteristik hingga Terapi Pengobatan Gangguan Mental, JawaPos.com. (jawapos.com)
3.Alomedika.com. Diagnosis Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). (alomedika.com)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun