Solusi instan inilah yang dimanfaatkan anak-anak saat kita menyatakan "tidak" atas permintaan dan mau mereka. Ada baiknya, kita sebagai orang dewasa untuk tetap teguh pada pendirian kita untuk tetap "tidak".Â
Atau bisa juga kita berada pada posisi, "tunggu, Ayah -atau Bunda- akan pertimbangkan dulu,"
5. Hendaklah menarik diri bila dalam keadaan "perang"Â
Well, situasi tidak selalu baik seperti yang kita haeapkan, bukan? Dalam berbagai kesempatan, ada waktunya anak-anak marah karena berbeda pendapat dengan kita. Bila dalam kondisi tersebut, biasanya saya akan biarkan kondisi menjadi lebih dingin, barulah saya berbicara dengan mereka.
Tidak jarang dalam perbincangan -setelah dingin- tersebut saya mendapati alasan masuk akal mengapa anak-anak tidak setuju dengan ingin saya. Mungkin kami perlu merubah kondisi berikutnya dengan kesepakatan yang kita buat.
6. Hendaklah kita memberi reward pada anak
Hhh? Reward?Â
Ya, reward yang saya maksudkan adalah ucapan terima kasih, atau sebentuk dukungan bila anak-anak sedang sedih atau merasa gagal dalam sebuah pencapaian.
Pujian atas keberhasilan mereka akan lebih bermakna bila kita sampaikan dengan alasan yang tepat, seperti misalnya,"Hmm, kakak hebat sudah membantu Bunda menyelesaikan kerjaan seharian ini, terima kasih,"Â atau " Ayah bangga karena kamu telah belajar berbagi dengan sesama, terima kasih".
Dalam beberapa kesempatan, bilamana diperlukan pelukan kita atau sekedar tepukan lembut di punggung mereka adalah sebuah sentuhan yang menumbuhkan sensasi dikasihi bagi mereka.
7. Jangan enggan untuk menyebut nama mereka dalam doa kita
Salah satu kenangan saya bersama alm. Mami adalah saat pagi hari. Saat di mana beliau selalu berlutut dan berdoa tanpa pernah sekali pun lupa menyebut nama kami satu per satu dalam doanya. Always miss you, Mom ....
Bahkan dalam kesempatan lain saya diajak untuk berbagi beban doa bersama beliau dalam hari-hari sejuknya dulu. Kebersamaan inilah yang hingga kini pun saya wariskan pada anak-anak.Â
Hmmm...