Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Asrama Putri: [End]

17 September 2019   08:08 Diperbarui: 17 September 2019   08:16 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

"Bandar narkoba. Iya,...Dev. Aku juga baru tahu kemarin. Widodo dulu anak yang masih lugu. Itu kenapa aku menyukainya.

"Aku sumpek di rumah. Pulang siaran, jam satu dini hari, aku mampir ke rumah Widodo. Tapi, dasar apes, aku sial, belum juga lima menit, ada grebegan polisi. Aku ikut kena ciduk," sesal Nala.

"Jadi, selama dua hari ini...,"

"Ya, aku di sel. Hihihi,...ternyata aku juga merasakan masuk bui. Dasar, apes tenan," Nala tertawa sendiri. Sundari melihatnya cemas. 

"Ibu jangan sampai tahu ini. Bisa jadi perkara besar lagi nih," sahut Devi. "Gimana kamu bisa keluar? Lalu kok bisa ketemu Bapak? Kok bisa sama-sama Bapak ke rumah sakit?"

"Aku telepon Bapak. Siapa lagi yang harus kutelepon, aku bingung. 

"Akhirnya Bapak datang dan membebaskan aku. Bapak cuma bilang, jangan sampai Ibu tahu semua ini,"

"Dasar kamu benar-benar bandel, Nala,"kata Devi

"Kamu sendiri, kenapa mau jalan lagi sama Pramono?"tanya Nala

Sundari merasa tak membutuhkan lagi percakapan kedua sahabat itu. Dialihkan pandangannya pada Pak Maman yang masih di halaman belakang sendirian.

Didekatinya Pak Maman. Darinya mungkin Sundari bisa tahu kondisi Bu Jannah. Pak Maman masih saja diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun