Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Asrama Putri: [End]

17 September 2019   08:08 Diperbarui: 17 September 2019   08:16 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

"Mbak, Mbak Devi,"ada suara Ndari di balik kamar Devi. 

Perbincangan segera mereka akhiri. Mereka tahu, bila Sundari diam saja, ada kemungkinan ia belum tahu tentang jati dirinya. Dan adalah saru, jika Ndari tahu dari mulut mereka. Hal yang tabu karena mencampuri urusan yang bukan menjadi urusan mereka, meskipun mereka tahu yang sebenarnya terjadi.

Di meja makan ternyata Pak Maman telah duduk bersama Sundari menunggu Devi dan Nala.

"Ayo makan, pasti kalian lelah," ucap Pak Maman singkat. "Mbok Tum, tolong antarkan makan malam untuk Lyn. Dan periksa, pastikan dia minum obatnya. Jangan sampai dia juga dirawat di rumah sakit." 

Tak ada yang berani bertanya, kapan Pak Maman pulang, bagaimana kondisi terakhir Bu Jannah, atau bahkan tak ada yang berani mempermasalahkan mengapa Pak Maman krama lagi. Tak ada.

Hanya suara piring dan sendok yang tak jua terdengar, karena kebiasaan itulah yang dulu sering diajarkan oleh Bu Jannah. Sangat keras didikan Bu Jannah dalam hal ini. Saru, kata Bu Jannah waktu itu. Anak-anak tahu apa artinya itu. Bukan hanya untuk menghormati orang lain, lebih pada hal kesopanan.

Usai makan malam, Pak Maman duduk di halaman belakang. Sebatang rokok disulutnya. 

Hanya Sundari, Nala, dan Devi yang masih duduk di meja makan. 

"Mbak Nala pergi ke mana saja? Tadi ditanyain sama Ibu. Kelihatannya, Ibu cemas sekali," Ndari berusaha memecah kebekuan mereka.

"Aku pergi ke rumah Widodo," jawab Nala.

"Woooo, lha, kamu ini benar-benar gemblung," sahut Devi. "Kamu ngerti ga, Widodo teman SMA yang dulu sering nganter jemput kamu itu? Dia itu..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun