Mohon tunggu...
Diah Asih Sukesi
Diah Asih Sukesi Mohon Tunggu... Administrasi - Hobby Menulis, Travelling, Masak jika mau

Pegawai Menikah dan memiliki 3 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Workshop Rise, Lawan Krisis Pembelajaran dengan Meningkatkan Kemampuan Dasar Anak

3 Agustus 2022   07:00 Diperbarui: 4 Agustus 2022   02:31 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presentasi ketiga adalah tentang rendahnya akses disampaikan oleh Ibu Niken Rarasati, kajiannya di wilayah Kebumen , salah satunya adalah peningkatan kualitas guru yang perlu diselaraskan dan keberhasilan pendidikan melibatkan berbagai pihak. Hasil temuan yang dilakukan adalah lembaga2 pelatihan guru hanya menyampaikan subyek materi saja tapi sangat minim pendampingan dan materi strategi mengajar.

Peserta didik juga perlu dibekali kemampuan dasar hingga bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Kajian Ulfah Alifia adalah mendukung guru dalam proses belajar mengajar. Pada presentasi awal, ibu Ulfa menceritakan salah seorang guru baru yang beliau lulusan sekolah keguruan ternama tetapi belum bisa mengajar karena buku2 yang dikeluarkan oleh kemdikbud  langsung materi inti bukan materi awal belajar membaca  begitu pula terkait penjumlahan padahal ada ketentuan bahwa ketika masuk kelas satu tidak diwajibkan untuk bisa membaca dan menulis,tetapi buku-buku yang diterbitkan belum mendukung para guru untuk mengajarkan kemampuan dasar para siswanya di bidang literasi dan numerasi. Rekomendasi beliau adalah pendampingan guru sangat penting apalagi di masa pertamanya mengajar; perlu peningkatan kompetensi guru sesuai kebutuhan di lapangan, beberapa kompetensi yang diharapkan antara lain : a. Kepribadian yang stabil dan mantap; b. Tidak ada induksi pendampingan yang memadai, contoh untuk adaptasi pada program baru; c. Ada beban administrasi yang berlebih bagi guru; d. Jika ada guru2 honorer yang akan uji kompetensi bukan materi kompetensi mengajar tetapi materinya diluar itu sehingga antara teori mengajar dan uji kompetensi berbeda, sehingga banyak capaian murid yang tidak tercapai; e. Evaluasi mengajar tidak pada teknik mengajar atau performa di lapangan. Rekomendasi beliau adalah : a. Program persiapan guru dengan bobot ketrampilan mengajar; b. Tantangan bagi guru untuk performa dalam mengajar; c. Penilaian dan kinerja guru dinilai berdasarkan performanya dalam mengajar siswa . Pesan beliau di akhir jangan biarkan guru berjuang sendirian.

Agenda terakhir pada sesi ini adalah beberapa tanggapan terhadap penemuan tersebut dari beberapa stake holder terkait yang dipandu oleh Bapak Fasli Djalal

"i"
  1. Irsan Djamjani Kapus Standar dan Kebijakan di Balitbang,dari ke 5 aksi ini sudah dilakukan antara lain : a. Komitmen pada pembelajaran tingkat dasar dan ini sudah diterjemahkan dalam materi2 kurikulum esensial ; b. Measuring learning, sedang dilakukan maka yang dilihat adalah lingkungan belajar, kompetensi siswa, karakter peserta didik yang tertuang dalam rapor pendidikan yang merupakan kinerja pada satuan pendidikan; c. Alignment system , saat ini sedang menyusun standar kompetensi guru berbasis indikator yang mudah diterjemahkan; d. Support Teaching, ada perubahan struktural pada UPT daerah, dulu pelatihan per subject  sekarang materi disampaikan secara holistik dengan struktur baru yaitu Balai Guru Penggerak sebagai upaya untuk memberikan penguatan dan penjaminan mutu bagi guru-guru muda.

  2. Danang Hidayatullah sebagai Ketua Umum IGI Indonesia. Guru ditakdirkan untuk masa depan; Guru harus adaptive terhadap perubahan dan guru disebut sebagai agen perubahan. Menurut beliau dari riset ini ada tiga hal yang menyentuh yaitu : a. jangan biarkan guru berjuang sendirian yang disampaikan oleh Ibu Ulfa; b. Masalah utama adalah rendahnya kemampuan siswa dalam bidang literasi dan numerasi serta karakter, untuk mencapai goal atau tujuan pendidikan yang berkualitas kenapa tidak fokus pada  3 program itu yang disentuh; c. Guru yang berkualitas dibutuhkan pemerataan pelatihan jangan hanya guru2 tertentu saja yang diundang dan pelatihan berangkat dari kebutuhan guru.

  3. Anggota DPR dari komisi X. Kebijakan pusat belum tersosialisasikan dengan maksimal; Perlu kolaborasi antara pusat , pemda dan stake holder terkait untuk memajukan pendidikan.

  4. Disdik Jakarta ibu Nahdiana. Otonomi kab./kota diberikan kebebasan untuk mendesain program dalam peningkatan kualitas pendidikan tetapi tetap mengacu pada kebijakan Pusat dan Provinsi.

Ada beberapa catatan dari penulis :

1. Ada beberapa Kab./Kota yang sudah mendukung kemandirian sekolah, literasi dan numerasi dibangun berdasarkan potensi wilayah setempat contoh adalah Kab Purwakarta dan Kota Malang, disini kebijakan pemda mendukung kinerja sekolah sehingga ada beberapa sekah yang dikembangkan menjadi sekolah berbasis IT yaitu SD Insan amanah dari 10 teknologi yang dikembangkan , 3 produk diminati swasta ; SDN 08 Cisereuh Kab Purwakarta berhasil mengembangkan sekolah berbasis lingkungan dan akhirnya ketahanan pangan tercipta minimal di lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah tersebut yang tersekat, kemudian ada sekolah berbasis budaya dan ini yang menurut penulis perlu juga diteliti dan diimbaskan untuk melihat kolaborasi dan kinerja pemda serta kepala sekolah sebagai salah satu leader yang mampu untuk meningkatkan prestasi sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun