Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Perawat - Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Maaf, Lagi Nggak Punya Uang

4 Juni 2020   08:54 Diperbarui: 4 Juni 2020   08:53 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : id.lovepic.com

Ginanjar juga bercerita soal pacarnya yang indigo, ia bercerita bahwa dulu sebelum menjadi Indigo, pacarnya sering bermimpi melihat pocong dari jarak 1 jengkal dari muka, sejak saat itu ia sering melihat sesuatu yang aneh -- aneh yang tak bisa dilihat oleh teman -- temannya, mulai dari gadis berbaju khas belanda, sampai kepala berambut panjang dengan gigi tajam.

            "Pacarku punya temen imajiner yang aku sendiri ngeri kalau dia mulai cerita soal hal gaib, dia punya temen namanya Cici, yang katanya tidak ada manusia di dunia yang cantiknya melebihi cantiknya cici." Tukas Ginanjar setelah menyesap kopinya.

            "Dirumahku juga ada cici yang nakutin kok, bukan hantu si tapi cici-lan motor". Timpal Fredi dengan sedikit tertawa yang terdengar samar.

Obrolanpun mereka akhiri ketika adzan maghrib berkumandang, lalu dengan ekspresi tersenyum Fredi pun berkata "Maaf, aku lagi nggak ada uang jon" senyumnya masih tertahan menampakkan 4 gigi serinya.

Ginanjar sudah tidak asing dengan keadaan finansial teman akrabnya, karena semenjak berstatus DO, Fredi sudah jarang diberi uang oleh orang tuanya karena di usia yang lebih dari seperempat abad seharusnya ia sudah bisa memenuhi kebutuhan pribadinya tanpa minta uang kepada orang tuanya. Ginanjar menuju ke kasir lalu membayar semua yang dipesan oleh Fredi dan dirinya. Tak henti -- hentinya Fredi mengucap syukur dalam hati karena ia masih bisa nongkrong tanpa biaya sepeserpun.

Layaknya seseorang yang telah mengajak pacarnya jalan -- jalan, Ginanjar juga merasa harus mengantarkan Fredi kembali ke rumahnya yang kebetulan satu arah dengan tempat kosnya.

10 menit perjalanan telah berlalu dan akhirnya sampailah Ginanjar pada kediaman Fredi, mata Ginanjar tertuju pada 2 orang berjaket kulit yang baru saja keluar dari ruang tamu, 1 orang berbadan kekar dengan tato di leher dan 1 orang lainnya berbadan kerempeng dengan kumis lebat. Ginanjar melihat 2 orang tersebut masuk kedalam mobil dan dengan jelas ia bisa melihat stiker pada mobil tersebut yang bertuliskan Rend Finance. Tanpa sengaja Ginanjar melihat Ibu Fredi tertunduk lesu. Ginanjar berusaha untuk tidak berprasangka yang aneh akan apa yang dilihatnya. Tak perlu waktu lama Ginanjar-pun berpamitan pulang menuju kos-nya.

Fredi masuk ke dalam kamarnya seakan abai dengan ibunya yang hampir menangis, kemudian ia menghidupkan laptopnya untuk melanjutkan kursus online bahasa Spanyol dengan rokok kretek di tangan kanan. Asbak di kamarnya-pun telah penuh dengan putung rokok yang sudah 2 minggu ini tidak dibuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun