Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Perawat - Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Maaf, Lagi Nggak Punya Uang

4 Juni 2020   08:54 Diperbarui: 4 Juni 2020   08:53 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source : id.lovepic.com

Fredi tersenyum seraya berkata "Maaf, lagi nggak punya uang Jon," tak ada ekspresi sedih, ia tetap tersenyum akan keadaan finansialnya saat itu, ia tersenyum seperti seorang sekertaris yang sedang menggoda Bos besarnya agar dirinya bisa naik gaji.

            "Yaudah pesen apa, ntar aku bayarin" sahut Gilang dengan suara lirih.

Merasa tak enak hati ia hanya menuliskan Teh hangat pada kertas kecil, sebuah minuman dengan harga yang masih bisa dijangkau oleh Gilang.

Semua menu telah tersaji di meja, termasuk secangkir teh hangat pesanan Fredi yang kali ini ia merasa seperti diselamatkan oleh seorang malaikat.

***

source : id.lovepic.com
source : id.lovepic.com

Berstatus DO Fredi mulai menyematkan label pengangguran pada dirinya, anehnya ia merasa bahagia dengan status penganggurannya, andai saja ia mau sedikit keluar dari zona nyamannya tentu ia tak perlu khawatir akan kebutuhan kuota dan rokoknya, tapi ia sepertinya asyik belajar untuk dirinya sendiri, ada buku -- buku filsafat yang tebal bersanding dengan novel -- novel klasik karya penulis terkenal yang tergeletak rapi di meja kamarnya.

Terkadang ia mendapatkan uang dari undangan komunitas atau organisasi kemahasiswaan Kampus tempat ia kuliah dulu untuk menjadi pemateri ataupun dewan juri lomba puisi, dari sanalah Fredi mendapatkan amplop yang isinya langsung ludes untuk membeli sebungkus rokok kretek dan kebutuhan kuota internet. Namun undangan seperti itu hanyalah undangan insidentil dan tidak setiap bulan ada. Ia masih merasa nyaman dengan aktifitasnya saat ini, yaitu tenggelam dalam ilmu tanpa ia aplikasikan agar menjadi uang untuk isi dompetnya, sebungkus rokok kretek, seperangkat laptop dengan koneksi internet sudah cukup membuat hidupnya bahagia meski tak ada uang di dompetnya.

Ponselnya berdering ternyata Ginanjar mengajaknya ngopi sore, tentu sebuah ajakan yang sangat disayangkan apabila tidak diiyakan, namun tetap dengan balasan serupa.

            "Aku dijemput ya? Motorku nggak ada bensin" jawab Fredi akan ajakan Ginanjar melalui pesan singkat.

Ginanjar memesan kopi arabica tanpa gula dan Fredi memilih untuk memesan kopi robusta dengan metode vietnam drip. Obrolan pun terjadi dengan hangat, karena Ginanjar juga menyukai sastra meski tidak terlalu mengenal sastra klasik, obrolannya kali ini sama hal-nya ia mengikuti perkuliahan 4 sks, obrolan yang sangat berbobot selayaknya konsultasi makalah dengan seorang dosen, hanya saja dosennya kali ini belum memiliki gelar akademik, mengenakan jeans hitam yang sudah 2 minggu tidak dicuci dan kakinya beralaskan sandal jepit dengan warna yang sedikit memudar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun