Mohon tunggu...
Dhevvy Ayu
Dhevvy Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mulailah dari hal sederhana untuk melakukan kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bijak Dalam Bersosial Media agar Tidak Menjadi Pelaku Cyberbullying

9 April 2021   13:40 Diperbarui: 9 April 2021   15:29 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Media sosial dapat dengan mudah dan cepat menghubungkan kita dengan orang lain. Fitur yang disediakan sosial media seperti ruang chatting dan kolom komentar diberbagai macam flatform dapat memudahkan siapaun menjadi korban bully dan pelaku bully. 

Belakangan ini banyak pengguna sosial media yang secara mudah mendapatkan perilaku cyberbullying, walaupun memang karena kesalahannya sendiri. Cyberbullying adalah perilaku penindasan melalui perangkat elektronik, baik melalui pesan singkat seperti SMS atau whatsapp, pesan elektronik (e-mail), atau melalui laman media sosial. 

Kini cyberbullying menjadi hal yang biasa kita temukan ketika membuka sosial media dan bahkan ada orang-orang yang mendukung perilaku bullying di internet jika memang korban bully tersebut benar bersalah.

Misalnya dalam kasus Nia Ramadhani yang dibully netizen Indonesia karena sikapnya saat menjadi MC di Tiktok Awards. Tanpa disadari mereka yang berkomentar menjatuhkan telah menjadi pelaku bully di media sosial. Karena tidak sedikit yang menghujat dan membully Nia Ramadhani, hal ini menjadi pertanyaan apakah cyberbullying dimaklumi jika korbannya memang bersalah? Sebagai bentuk sanksi sosial atau peringatan agar korban kapok atas perbuatannya atau kita harus lebih bijak lagi dalam menerima dan menanggapi informasi negatif/kurang baik di media sosial.

Psikolog dari Universitas Surabaya, Listyo Yuwanto mengatakan ada beberapa faktor mengapaseseorang bisa membully. Pertama, perilaku yang kurang dewasa. 

Ketika seseorang melihat perilaku orang lain yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip umum atau prinsip pribadi, maka terdapat kecenderungan melakukan penghakiman berdasarkan sudut pandangnya sendiri. 

Kedua, masih banyak yang belum memahami esensi dari apa yang disebut kritik membangun.Ketika seseorang melakukan kesalahan maka harus dikritik, itu adalah konsep yang keliru, termasuk juga ketika ada orang yang salah maka harus disampaikan di media sehingga orang lain mengetahuinya dan tidak mencontohnya. 

Hal itu memang baik tujuannya, tetapi tidak sadar bahwa yang ditulisnya di media berisi kritikan tanpa sesuatu yang membangun orang lain yang dikritik,
malah menjatuhkan.

Agar bijak dalam bermedia sosial hal paling mudah yang harus kita lakukan adalah membangun empati sesama pengguna media sosial atau sesame manusia. 

Dapat kita lihat diberbagai macam flatform media sosial, banyak perkataan atau komentar yang sering menyinggung dan menyakiti perasaan orang lainnya. 

Kita harus lebih menyadari bahwa dibalik postingan yang berpotensi dibully itu ada manusia yang benar-benar hidup dan memiliki perasaan. Dengan membangun empati, kita menjadi sadar untuk: Pertama, tidak membully. Kedua, untuk membantu orang-orang yang jadi korban bully.

Kemampuan literasi sosial media juga harus dimiliki oleh individu agar lebih bijak dalam bersosial media. Dengan pemahaman literasi sosial media yang baik, maka hal-hal seperti cyberbullying, pencemaran nama baik dan tindak kriminal yang sering terjadi di sosial media dapat dihindari agar kita tidak menjadi salah satu pelaku cyberbullying. Kita juga harus paham bahwa kebebasan di media sosial tetap memiliki hak dan tanggung jawab. 

Seperti kita berhak berekspresi apapun tapi kita juga memiliki tanggung jawab dalam perkataan dan menghormati sesama pengguna media sosial. Prinsip THINK (True, Helpful, Illegal, Necessary, Kind) dapat dijadikan prinsip dasar yang sederhana untuk membantu kita menggunakan media sosial dengan cerdas dan bijak.

Meskipun cyberbullying tidak menyakiti secara fisik tapi bisa menganggu mental seseorang, cyberbullying juga bisa memberikan dampak negatif yang cukup serius dan permanen. 

Apapun bentuk bullying sebaiknya harus kita hindari meskipun korban memang bersalah, karena perilaku
tersebut dapat berakibat fatal bagi korban. 

Jika, ingin memberi peringatan cukup menyampaikan dengan baik dan bijak. Oleh sebab itu, kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk mencegahnya dan menanamkan prinsip yang baik dan bijak dalam bersosial media agar tidak menjadi pelaku bullying.

Referensi
Afiffah, D. R. (2018). Analisis Perilaku Cyberbullying ditinjau dari Kemampuan Literasi Sosial Media. Journal Empathy Couns Volume 1.
Lestada, B. (2019, November 11). Budaya Nyinyir dan Cyberbully, Masalah Serius di Antara Kita. Retrieved from Whiteboard Journal: https://www.whiteboardjournal.com/ideas/human-interest/budaya-nyinyir-dan-cyberbully-masalah-serius-di-antara-kita/
Pratiwi, Y. (2017, Oktober 3). Setiap Orang Bisa Kena Cyberbullying, Ini Sebabnya! Retrieved from Femina: https://www.femina.co.id/trending-topic/setiap-orang-bisa-kena-cyberbullying-ini-sebabnya-
Ramadhan, M. I. (2019, Oktober 15). Mengetahui Motif di Balik Perilaku Cyberbullying. Retrieved from klikdokter: https://www.klikdokter.com/info-
sehat/read/3633906/mengetahui-motif-di-balik-perilaku-cyberbullying

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun