Mohon tunggu...
Deni
Deni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa

Menjalani hidup dengan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | 16:05

22 Februari 2020   16:46 Diperbarui: 22 Februari 2020   16:51 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tahu ....

Di balik horornya sesobek lamunan, ada runtuhan doa dan harapan untuk bekal anak-anakmu di petang nanti. Meski hujatan keringat peluh masih rajin menyemir paras keikhlasanmu selama berpuluh-puluh episode. Namun, hari-hari itu mampu kau ajak bergurau demi menyempurnakan sejaras tawa yang masih disederhanakan oleh kata-kata.

Ketika atap bumi mulai menghitamkan tanah, legendamu sedari pagi buta sudah terakumulasi. Tapi tidak berlaku untuk sebuah keletihan yang kerap kau samarkan bersama nyanyian syukur. Di mana letak kesenian hati yang konkret adalah berpapasan dengan senyuman tulus mereka yang kau sebut "Keluarga".

Langkah dan denyutmu terombang-ambing di antara perilaku dunia. Sesekali terhibur dengan sejumput pertanyaan polos yang ingin menghamuni kedamaian, kesyahduan, pun keceriaan nuranimu yang pura-pura.

Sedemikian memunjung rasa dan tanggung jawabmu. Hingga kedewasaan pun belum bisa melunasi kasihmu yang telah mendarahi hidupku selama ini. Semoga jiwa dan ragamu selalu ada dalam lindunganNya, agar embusan napas dan cita-citaku tak pernah ditertawakan oleh kesendirian.

Sukabumi, 22 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun