Namun di zaman ini, keberadaan RT dan RW terkadang hanya dipandang sebelah mata, perannya yang sangat vital dan strategis karena menjadi penghubung antara pemerintah dan warga sudah kurang di ingat dan ditonjolkan. Â Spirit awal RT sudah kurang didengungkan apalagi di kota-kota besar.Â
Sama halnya dengan orang yang menjabat sebagai ketua RT, juga cenderung menjadi jabatan yang kurang dipandang atau kurang populer masyarakat.Â
Padahal ketua RT adalah garda terdepan  dan memiliki tanggung jawab yang besar. Masalah apa pun yang terjadi di lingkungannya, ketua RT mesti siap menghadapi. Â
Bukan rahasia lagi betapa sulitnya mendapat ketua Rukun Tetangga (RT) baru waktu pemilihan. Menjadi sulit karena posisi itu sering dihindari dan ditolak secara terang-terangan.Â
Anehnya saling menyumbang nama, tapi tidak rela dan mau bila namanya dimasukkan dalam calon nominasi.Â
Apalagi dipilih secara aklamasi  atau secara langsung. Tidak heran jika saat pemilihan, suasana yang terlihat sering diwarnai tolak menolak samai sengaja mangkir agar tidak di pilih. Â
Alasan PenolakanÂ
Walau  belum ada survei akurat yang mengekspos alasan penolakan menjadi ketua RT, tetapi setidaknya bisa ditebak. Salah satu alasannya adalah berkaitan dengan tanggung jawab besar yang di emban.Â
Ketua RT bakal menangani wilayah teritorial berikut dengan segala permasalahannya. Sehingga wajar faktor ini membuat banyak orang mundur sebelum pemilihan.
Kita tahu bersama bahwa masalah yang dipegang ketua RT tak lagi sekedar urusan administrasi kependudukan , masalah kebersihan lingkungan, dan tentunya gotong royong. Namun juga menyangkut kejelasan warga  untuk menanggulangi bahaya terorisme dan mencegah penularan covid-19.Â
Masalah yang menguras tenaga, pikiran dan juga waktu. Semua permasalahan itu tentunya membuat sosok ketua RT haruslah selalu siaga. Kapan saja ada warga yang membutuhkan, harus siap dilayani. Sementara itu mungkin ada urusan kantor atau keluarga yang juga membutuhkan perhatian.Â