Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Paradoks Aplikasi Kesehatan Digital: Bertumbuh dengan Nyaman, Apakah Data Kesehatan Sudah Tentu Aman?

7 September 2021   05:10 Diperbarui: 8 September 2021   04:00 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aplikasi PeduliLindungi.(KOMPAS.com/ Galuh Putri Riyanto)

Perubahan teknologi digital pada segmen layanan kesehatan (health tech) terus bertumbuh seiring meningkatnya minat masyarakat menggunakan layanan medis berbasis online. 

Selama pandemi Covid-19, perusahaan rintisan di bidang health tech pun bermunculan untuk mencuil pesanan yang semakin berkembang. 

Peran health tech kian signifikan setelah Kementerian Kesehatan menggandeng platform layanan telemedicine untuk konsultasi terkait kesehatan secara virtual bagi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri. 

Dalam 2 tahun terakhir, banyak aplikasi startup di bidang kesehatan yang berkembang seperti Halodoc, Klikdokter, dan beberapa layanan digital yang terintegrasi dengan lembaga kesehatan, seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

Pertumbuhan pengguna yang signifikan ini merupakan bukti layanan kesehatan digital sudah digemari masyarakat, khususnya di era disrupsi teknologi yang membuat kebiasaan hidup dan perilaku seorang berubah. 

Namun sebagai pengguna layanan aplikasi digital kesehatan, pernahkah terpikir soal jaminan keamanan data penggunanya? Dan bagaimana regulasi jaminan data pelanggannya?

Akhir Agustus lalu, sekitar 1,3 juta data pengguna aplikasi Health Alert Card (eHAC) buatan Kementrian kesehatan Indonesia yang memuat data covid-19 dibobol. 

Dari kasus ini menandakan bahwa tingkat keamanan data di Indonesia masih lemah. Padahal data kesehatan adalah kumpulan data pribadi yang bersifat spesifik, sensitif, dan rahasia yang harus dilindungi. 

Saat data kesehatan yang begitu kompleks digitalisasi, maka kita dihadapkan pada pertanyaan besar tentang bagaimana tingkat keamanan dan kerahasiaan data kesehatan di Indonesia. Juga apa yang menjadi prioritas pemerintah dan juga kita masyarakat untuk meningkatkan keamanannya. 

Dampak kebocoran data kesehatan 

Pertama, bagi perusahaan aplikasi digital kesehatan

Bocornya data pribadi pasien selain membuat kerugian ekonomi dan juga akan mengganggu jalannya pelayanan, serta membuat nama baik dan kepercayaan publik menjadi rusak, dan akibatnya tentunya perusahaan akan bangkrut.

Kedua, bagi pasien pengguna aplikasi digital kesehatan

Bocornya data pribadi seperti tanggal lahir, nama ibu kandung, nomor telepon, alamat, hingga email pribadi akan dapat digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan modus kejahatan. Misalnya:

  1. Membagikan kata kunci (password), mengakses pinjaman online, membobol layanan keuangan, hingga profiling untuk target politik atau iklan di media sosial.
  2. Seseorang dapat kehilangan pekerjaan atau bahkan terusir dari tempat tinggal jika jenis informasi kesehatan yang sensitif sampai bocor menjadi pengetahuan publik. Seperti pengungkapan bahwa seseorang terinfeksi HIV atau jenis penyakit menular seksual lainnya. Ini dapat menyebabkan isolasi sosial yang berbahaya juga bagi psikologis pasien. 

Saat ini Indonesia belum memiliki Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi

Agar kasus data bocor tidak terulang lagi, pemerintah Indonesia perlu fokus mempercepat dan mengesahkan RUU Perlindungan Data Pribadi.

Hal tersebut sangat penting karena UU ini menjadi dasar bagi para regulator di tingkat pusat dan tingkat daerah hingga tingkat fasilitas pelayanan kesehatan untuk membuat aturan turunannya yang tentunya bersifat teknis yang berguna untuk melindungi data digital pasien.  

Sebagai masyarakat, termasuk saya pribadi memiliki kesadaran untuk melindungi data pribadi yang rendah. 

Hal tersebut terjadi karena masyarakat tidak mempelajari atau memahami yang dinamakan kebijakan kerahasiaan. Termasuklah itu bagian syarat dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan data pribadi. 

Contohnya, saya juga tidak selalu membaca kebijakan privasi pada saat mengakses media sosial tertentu. Bagaimana mungkin saya bisa memahami isi dari kebijakan tersebut. 

Oleh sebab itu sebagai masyarakat, guna meminimalisir kebocoran data kesehatan yang mungkin akan tetap terjadi, masyarakat haruslah meningkatkan pengetahuan dan mempunyai kesadaran akan pentingnya kebijakan privasi atau kerahasiaan data. 

Berikut cara sederhana dan efektif untuk melindungi informasi (utamakan data yang terpenting) dari pembobol data.

Pertama, teruslah perbaharui perangkat lunak
Perusahaan perangkat lunak mengeluarkan pemutakhiran tiap mereka memperbaiki kelemahan keamanan.

Tapi jika kita tidak mengunduh dan memasang pemutakhiran tersebut, maka berisiko terserang perangkat perusak (malware) seperti logger keystroke (perekam otomatis di keyboard). 

Kita juga harus wasoada dengan tautan apa yang kita klik di pesan elektronik atau ketika kita berselancar di internet.

Kita dapat secara tidak sengaja mengunduh perangkat lunak berbahaya ke dalam komputer atau ponsel kita yang mempermudah peretas mengakses akun daring kita.

Kedua, menggunakan nama pengguna dan kata sandi berbeda untuk tiap situs atau layanan penting

Alasan untuk ini sangat mudah, ketika sekelompok nama pengguna atau kata sandi jatuh ke tangan jahat, peretas tahu itu adalah sifat manusia untuk mengulangi nama pengguna dan kata sandi di banyak situs. 

Jadi, mereka akan langsung mencoba menggunakan kombinasi tersebut di mana pun, mereka bisa meretas entah itu di bank besar ataupun layanan pesan elektronik. 

Ketiga, gunakan kata sandi panjang 

Sudah banyak riset mengenai apa yang membuat kata sandi yang kuat, yang membuat banyak orang membuat password yang rumit. 

Namun yang paling penting adalah kata sandi harus dibuat panjang. Hal ini yang membuat kata sandi tersebut lebih sulit untuk ditebak dengan cara mencoba berbagai pilihan. 

Kata sandi panjang tidak perlu sulit untuk diingat, misalkan ambil frasa tentang pengalam kita. Misalnya, "SaatSayaSMASayaMenangTurnamenCatur".

Dengan langkah-langkah sederhana ini dan juga mempunayi pola pikir baru yang menganggap diri kita adalah sebagai target, maka kita akan lebih sedikit khawatir ketika ada berita tentang kebobolan data sebuah perusahaan. 

Orang jahat mungkin akan mendapatkan nama pengguna kita, dan mungkin salah satu dari sandi kita hingga kita harus menggantinya. Namun, mereka tidak akan punya semua kredensial untuk semua akun daring kita. 

Semoga Bermanfaat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun