Mohon tunggu...
Dhani Irwanto
Dhani Irwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Penulis Buku

Dhani Irwanto adalah seorang insinyur teknik sipil hidro dan lebih dikenal sebagai perencana dan ahli dalam hidrologi, bangunan air, bendungan dan tenaga air, profesi yang melibatkan antar-disiplin yang telah dijalani selama lebih dari tiga dekade. Terlepas dari kehidupan profesionalnya, ia juga seorang peneliti sejarah bangsa-bangsa dan peradaban, didorong oleh lingkungan, kehidupan sosial, budaya dan tradisi di wilayah tempat ia dibesarkan. Kehadirannya yang kuat di internet telah membuatnya terkenal karena gagasannya tentang pra-sejarah dan peradaban kuno. Dhani Irwanto adalah penulis buku "Atlantis: The Lost City is in Java Sea" (2015), "Atlantis: Kota yang Hilang Ada di Laut Jawa" (2016), "Sundaland: Tracing the Cradle of Civilizations" (2019), "Land of Punt: In Search of the Divine Land of the Egyptians" (2019) dan "Taprobana: Classical Knowledge of an Island in the Opposite-Earth (2019)". Dhani Irwanto lahir di Yogyakarta, Indonesia pada tahun 1962. Saat ini ia adalah pemilik dan direktur sebuah perusahaan konsultan yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tanah Punt adalah Sumatera

29 Oktober 2019   19:35 Diperbarui: 18 April 2021   01:10 1115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar 36. Ikan-ikan di Tanah Punt (Mariette, 1877)

Gambar 37. (1) (2) (3) (4) Ikan laut dan ikan air tawar di Asia Tenggara

Pada bagian bawah setiap baris relief di Deir el-Bahari diperlihatkan gambar air dimana ikan, penyu dan kura-kura juga digambarkan.

Perikanan merupakan bagian yang integral dalam cara hidup masyarakat Asia Tenggara. Dua belas negara di wilayah ini (Myanmar, Tiongkok, Taiwan, Hongkong, Indonesia, Kamboja, Macau, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam) yang saling berbatasan adalah bangsa-bangsa nelayan tradisional meskipun besarnya usaha penangkapan bervariasi dari satu negara dengan yang lain. Arus permukaan laut didalam wilayah tersebut berubah arah sepenuhnya dalam kedua musim, dengan pengecualian di Selat Malaka dimana arusnya selalu kearah utara, meskipun besarnya bervariasi sesuai dengan musim. Perbedaan karakteristik lingkungan setiap kawasan tersebut menentukan keragaman spesies dan ekologi sumberdayanya. Keragaman sumberdaya yang khusus untuk setiap kawasan, yang diperoleh dari lingkungan setiap kawasan tersebut,  mengakibatkan adanya berbagai macam sifat spesies ikan; dari ikan yang tumbuh dan dewasa dalam rentang hidup yang relatif singkat, sampai yang bertelur beberapa kali atau terus-menerus sepanjang tahun.

Wilayah tersebut juga ditandai dengan penyebaran terumbu karang yang berlimpah, terutama di bagian paling barat dan timur wilayah, serta bakau dimana terdapat aliran air tawar dari sungai. Sebutan "Segitiga Karang" adalah meliputi enam negara Indo-Pasifik yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Kepulauan Solomon, Papua Nugini dan Timor-Leste.

Asia Tenggara memiliki garis pantai sepanjang 173.000 kilometer dan wilayah laut lebih dari 4,4 juta kilometer persegi (UNESCAP, 2006). Asia Tenggara diperkirakan memiliki 2.500 spesies ikan (ASEAN, 2002). Negara-negara pantai di wilayah ini adalah produsen ikan yang signifikan. Segitiga Karang merupakah tempat bagi 600 spesies karang dan lebih dari 1.300 spesies ikan yang terkait dengan karang (ASEAN, 2013).


21) Logam mulia

Gambar 38. Emas: (a) dan (b) Punt, Naville (1898); (c) dari tambang purba Lebongdonok (Sumatera); (d) busana Sriwijaya

Emas dari Tanah Punt tercatat telah ada di Mesir sejak Firaun Khufu dari Dinasti ke-4. Ekspedisi Firaun Sahure dari Dinasti ke-5 juga membawa electrum dari Tanah Punt, sebuah paduan alami emas dan perak, diantara barang-barang lainnya.

Tulisan pada prasasti di Deir el-Bahari menyebutkan bahwa logam mulia termasuk emas adalah produk dari Tanah Punt. Beberapa cincin emas terlihat pada relief. Naville membaca tulisan pada prasasti sebagai cincin-cincin dan kotak yang penuh dengan logam åsem, yang dalam bahasa Yunani elektrum, juga disebut sebagai åsemos dalam papirus Mesir, suatu paduan emas dan perak. Pada relief terlihat persembahan yang dibawa oleh orang-orang dari Tanah Punt yang terdiri dari emas berbentuk cincin, diantara barang-barang lainnya. Salah satu anak Parehu membawa semangkuk serbuk emas.

Naskah-naskah Tiongkok dan India kuno berbicara tentang harta emas yang dipercaya dapat ditemukan di berbagai bagian Asia Tenggara. Salah satu daerah ini dikenal dengan nama Sansekerta Suvarnadvipa ("Pulau Emas"), yang menurut sebagian ilmuwan mengacu kepada Sumatera, meskipun ada yang berpendapat bahwa nama ini mungkin wilayah yang lebih besar di Asia Tenggara. Walaupun bukti tekstual masih disangsikan, namum terdapat banyak bukti fisik yang menunjukkan bahwa Sumatera adalah tempatnya industri pertambangan emas yang berkembang di masa pra-sejarah. Pada waktu penjelajah Eropa dan pedagang datang ke pulau tersebut, mereka menemukan sisa-sisa aluvial yang meluas dan sebuah pertambangan emas bawah tanah. Sisa-sisa penambangan yang sangat ekstensif menunjukkan bahwa telah dikerahkan tenaga kerja yang sangat banyak dan terorganisir, dan mungkin imigran India mengajarkan penduduk asli tentang cara-cara mengatasi kesulitan membuat bangunan dan terowongan. Situs-situs yang besar adalah Lebongdonok di Bengkulu, dimana batu asah besar dan koin emas klasik telah ditemukan,  penggalian bawah tanah di aluvial purba yang ditutupi oleh endapan vulkanik di Jambi, dan Salido di Sumatera Barat. Bahan limbah yang diambil di sekitar Lebongdonok mengandung 180 – 200 g/t emas dan 300 – 1200 g/t perak, menunjukkan bahwa pertambangan tersebut adalah sangat besar. Terdapat bukti arkeologis yang menunjukkan bahwa di Kotacina telah terdapat peleburan dan kerajinan emas, yang merupakan pusat perdagangan utama antara abad ke-12 dan ke-14, terletak 6 km sebelah baratdaya Belawan di Sumatera Utara, dan air raksa telah digunakan untuk penyelaputan. Endapan aluvial yang terdapat di sekitarnya mungkin merupakan sumber emas utamanya. Penambangan yang terdekat terletak 50 km di sebelah baratdaya Kotacina.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun