Mohon tunggu...
Dhaifullah GymnasstiarFarras
Dhaifullah GymnasstiarFarras Mohon Tunggu... Politisi - MAHASISWA

Meminati filsafat, sejarah, politik dan senyumanmu yang indah IG @daveiullahgf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Teras? (Stoicisme)

2 Januari 2023   22:49 Diperbarui: 3 Januari 2023   22:17 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DkiDRr1Ud22I&psig=AOvVaw3Slb4hUTPfqr25BaF99ED2&ust=1672760627151

Etika

Etika kaum stoa lebih praktis dengan memahami dasa dasar penghidupan, pelaksanaan yang tepat dari dasar dasar itu adalah  jalan untuk mengatasi segala ‘kesulitan dan memperoleh kesenangan dalam penghidupan. Juga kaum stoa berpendapat bahwa tujuan hidup yang tertingi adalah memperoleh Harta yang terbesar nilainya yaitu kesenangan hidup. Kemerdekaan moril seseorang adalah dasar segala etik pada kaum stoa. Dengan begitu, ajaran kaum stoa dalam menjalankan dasar dasar kehidupan harus memahami dan menerima segala sesuatu yang telah ditakdirkan dan ditentukan oleh alam, dengan cara kita sadar tentang hakikat dan kebajikan sebagai manusia. Sesuai dengan konsep fisik kaum stoa tentang organisasi rasional (keteraturan alam semesta yang saling berkaitan) bahwa semua telah merujuk dan berkaitan terhadap alam. Gampangnya kaum stoa memperoleh kesenangan dalam penghidupan yaitu dengan membuang emosi negatif kepada suatu hal yang telah alam tentukan, dengan cara kita sadar bahwa hakikat manusia adalah untuk melakukan kebaikan. Hidup selaras dengan alam yaitu dengan kita menyadari bahwa alam ini terus berantai dan bergerak dalam setiap kejadian dan takdir. Kalo kata marcus aurelius life is according to the nature, hidup yang merujuk pada ketentuan alam adalah hidup yang akan memperoleh sebuah kebenaran dan kesenangan.

Di ajaran stoicisme modern dikutip dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring, pada konsep praktis  para aliran stoa mengenal dengan namanya dikotomi Kendali.

Dikotomi Kendali?

Dikotomi kendali merupakan salah satu prinsip yang membantu kita menyelami stoa lebih dalam, dimana para filsuf stoa mengelompokkan  kehidupan menjadi dua, yaitu hal hal yang tidak bisa di kendalikan dan hal hal yang bisa di kendalikan. 

Sumber: buat sendiri
Sumber: buat sendiri "Prinsip Dikotomi Kendali" 

Prinsip dikotomi kendali ini menjelaskan ada hal di dunia yang memang bukan dan tidak bisa kita kendalikan, dan ada hal yang memang bisa kita kendalikan. Hal yang bisa kita kendalikan, seperti pemikiran kita, prilaku diri kita, keinginan  kita, persepsi kita dan opini kita. Serta hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti prilaku orang lain, kondisi lahir, macet, peristiwa alam, kecelakaan, musibah dll. 

Lalu Seperti Apakah Penerapan Dikotomi Kendali ?

Disini para stoa ingin menjelaskan dan memberikan pandangan baru terhadap kita, selama ini kita terlalu sering menaruh emosi negatif kita terhadap suatu hal yang di luar kendali kita, misalnya ketika kita terjebak macet biaasanya dan rata rata kita akan emosi marah dan ngedumel dalam hati, dan juga mislanya ketika kita mendapatkan nilai ujian yang tidak memuaskan biasanya kita uring uringan, kesal sama diri sendri. Disinilah kita perlu memahami tentang dikotomi kendali, menurut aliran stoa ketika kita marah atau emosi terhadap suatu hal yang di luar kendali kita itu merupakan hal yang percuma, karena hak tersebut seperti macet dan hasil nilai ujian kita rendah itu merupakan suatu hal yang diluar kendali kita­­,Pada saat hal tersbut terjadi, dimana ketika kita menaruh emosi negatif pada hal tersebut merupakan tindakan yang percuma, tidak akan merubah situasi (nilai ujian), atau pada saat macet lalu kita menaruh emosi negatif hal tersebut juga sebuah hal yang percuma, karena tidak akan mengubah situasi macet menjadi lancar. 

Lalu bagaimana yang harus kita lakukan dalam penerapan prinsip dikotomi kendali?

 Disinilah letak kebijaksanaan filosofi stoicisme, yang perlu kita lakukan ketika ada pada posisi tersebut (macet,nilai ujian rendah ataupun hal hal yang diluar kendali kita) yaitu dengan focus pada hal hal yang bisa kita kendalikan, terus emosi dan tindakan kita kepada hal hal yang bisa kita kendalikan. Dengan memperbaiki proses belajar kita pada saat mendapat nilai ujian rendah, dan mengalihkan presepsi kepada hal yang positif saat macet. Sehingga, ketiak kita sudah terbiasa dengan memahami dan menerpakan dikotomi kendali titik focus kita akan ada pada 2 hal, yaitu hal hal yang penting dan hal hal yang bisa kita kendalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun