Mohon tunggu...
Coretan Embun
Coretan Embun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Random

Start writing, no matter what. The water does not flow until the faucet is turned on. —Louis L'Amour— Bragging Rights @ coretanembun2011.blogspot.com\r\n Wattpad : Coretan Embun

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sinobu City [Chapter 5]

19 Januari 2023   20:47 Diperbarui: 19 Januari 2023   20:55 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit : Pinterest | Masquerade Ball artwork by Eugene James

Flare dan Noru pergi ke kerajaan Sino. Mereka berdua sudah berada di pintu gerbang Kerajaan Sino. Setelah menyatakan apa maksud kedatangan mereka, para penjaga pintu gerbang memperbolehkan mereka memasuki bagian dalam Istana. Di dalam Istana penjagaan sangat ketat, Flare dan Noru tidak lepas dari pemeriksaan. Para penjaga menyita segala bentuk benda tajam atau apa pun yang bisa digunakan untuk menyerang. Setelah mereka dinyatakan aman, baru diperbolehkan melangkahkan kaki memasuki Istana.

"Kerajaan Sino mengundangku untuk menghibur para petinggi--para bangsawan," Kata Noru berbisik kepada Flare. Gadis itu menggenggam tangan Noru erat sekali--hatinya tidak tenang. Entahlah kenapa ia mempunyai perasaan seperti ini.

Di dalam istana, mereka berdua diterima oleh kepala rumah tangga istana. Mereka diberi penjelasan, apa yang harus mereka lakukan.

Baca juga: Negeri yang Aneh

"Tuan Muda ingin menemuimu, tapi ingat bersikaplah yang sopan. Dan jangan menatap matanya sebelum kau terbakar."

"Baik."

"Siapa gadis bertopeng ini? Dia tidak bisa ikut masuk."

"Dia Flare. Aku dan gadis ini yang akan menghibur Tuan Muda."

"Baik, tapi kamu tunggu di sini dulu," kata kepala rumah tangga istana kepada Flare.

Noru sementara meninggalkan Flare, berjalan mengikuti pengawal yang akan membawanya menghadap Tuan Muda. Tak lama kemudian Noru sudah berada di depan sebuah pintu yang sangat besar. Perlahan pintu itu terbuka.

"Tunggu sebentar di sini," pengawal kerajaan berkata pada Noru. Lalu pengawal itu masuk dan terdengar tengah berbicara dengan seseorang.

"Katakan pada Tuan Muda Kayon, bahwa seseorang yang ditunggunya sudah datang."

Flare ternyata memiliki bakat menyanyi yang sangat luar biasa. Penampilannya sanggup memukau para bangsawan Sino. Flare menjadi sangat dipuja para penggemarnya, mereka kerap bergeming melihat penampilan Flare saat bernyanyi. Ditambah lagi penampilan Noru yang mengiringi Flare dengan gesekan biolanya, menjadikan penampilan mereka berdua sangat sempurna.

Tidak diragukan lagi, bahwa para bangsawan Sino menyukai penampilan Flare dan Noru. Setelah pertunjukan mereka yang sangat memukau malam itu, applause tidak henti-hentinya bergema di gedung kesenian Phu Kang, di wilayah Istana--tempat para bangsawan berkumpul. Tak terkecuali Tuan Muda Kayon--yang hadir pada saat itu--juga terkesima dengan penampilan Flare dan Noru.

Flare dan Noru kemudian menjadi dua orang seniman yang paling digemari Tuan Muda Kayon dan para bangsawan Sino. Dalam acara-acara kerajaan--untuk menjamu tamu kenegaraan atau pun untuk acara penting lainnya--Flare dan Noru berkesempatan mengisinya dengan duet mereka yang sangat spektakuler.

Flare dan Noru kini menjadi asset penting bagi kerajaan Sino, penampilan keduanya sangat dinantikan para bangsawan Sino dan para tamu agung. Berita tentang kehebatan mereka mulai terdengar gaungnya seantero negeri Sino. Tuan Muda Kayon, lalu memerintahkan agar Flare dan Noru tinggal di dalam lingkungan kerajaan.

Hal ini membuat Noru senang, dan apa yang direncanakannya sebentar lagi akan menjadi kenyataan--yaitu membunuh Kayon. Sebagai balas dendam atas kematian kedua orang tuanya, yang telah dibunuh secara sadis oleh tentara bangsa Sino.

Kedua orang tua Noru dibunuh karena mereka menyebarkan kesenian kepada rakyat Sino. Kesenian dianggap hal yang tidak bermanfaat untuk dinikmati oleh masyarakat kebanyakan. Rakyat Sino hanya diperbolehkan bekerja keras untuk pemerintah. Demi kemakmuran bangsa Sino, khususnya para bangsawan dan keluarga kerajaan. Rakyat Sino sesungguhnya telah diperdaya oleh rajanya sendiri--Tuan Muda Kayon.

Noru yakin, dendamnya pada Kayon akan terbalaskan, bila dia dengan mudah dapat keluar masuk Istana. Bila dulu kedua orang tuanya dibunuh karena kesenian, maka sekarang saatnya Kayon dibunuh juga karena tergila-gila pada kesenian. Menjadi pemain biola kerajaan akan mengantarkan Noru untuk membunuh Kayon dengan tangannya sendiri.

___

"Noru, aku bangga padamu. Kau sudah membuatku menjadi seseorang yang berarti. Sekarang aku bukan lagi seorang gadis buta yang tidak berguna." Flare tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya atas sukses yang mereka dapat. Noru hanya tersenyum.

"Jadi, kalau begitu--lupakan saja, bila kau masih ingin mencari jati dirimu sebenarnya."

Flare terpengarah, "Tidak Noru--aku tetap harus tahu siapakah diriku dan darimana asalku. Aku merasa asing di sini, aku merasa bukan bagian dari bangsa Sino."

"Flare--aku janji, suatu saat kita akan mencari tahu dari mana asalmu. Tapi untuk saat sekarang, aku masih membutuhkanmu. Nikmati dulu kesuksesan kita."

" Baik Noru--tidak menjadi masalah. Aku sudah terbiasa melakukan pekerjaan ini," Flare berkata sambil memeluk Noru. Gadis itu mulai menyayangi Noru.

Noru adalah penyelamat hidupnya. Mulai timbul getaran-getaran aneh saat Flare berdekatan dengan Noru. Kemudian laki-laki itu menggenggam tangan Flare dengan lembut dan menatap gadis itu--Flare bisa merasakannya saat Noru menatap wajahnya.

"Flare--kau ternyata sangat berarti buatku. Seandainya aku tidak bertemu denganmu, mungkin saat ini aku hanya pemain biola biasa," Noru berkata sambil menggenggam kedua tangan Flare.

Flare tertawa lepas. "Tapi topeng ini--mulai membuat mukaku panas," lalu dilemparkannya masquerade ke atas meja.

"Seperti apakah wajahmu, Noru? Bolehkan aku menyentuhnya?"

Noru kemudian mengarahkan kedua tangan Flare menyentuh wajahnya.
Gadis itu sedikit terkejut saat Noru melakukannya. Tapi itu adalah salah satu cara agar Flare dapat mengenali setiap lekuk di wajah Noru.

"Noru--ceritakan tentang dirimu. Kau bukan berasal dari Asia?"

"Aku bangsa Guini. Ayahku berasal dari ras Fula dan ibuku seorang berkebangsaan Perancis. Dari ibuku pula aku belajar memainkan biola. Kedua orang tuaku memutuskan pindah ke Asia karena mereka menginginkan kehidupan baru. Sampai akhirnya aku lahir dan besar di Sinobu hingga saat ini. Namun sayang, umur kedua orang tuaku tidak panjang..." Noru menghela nafas.

"Apa yang terjadi?"

"Mereka dibunuh tentara Sino--mereka tewas terbakar."

"Oh--bangsa Sino membunuh kedua orang tuamu?" Flare berkata dengan sangat hati-hati. Noru kembali menghela nafas.

"Semua sudah terjadi. Yang penting kau selamat. Kau tahu? Aku sempat heran nyawamu selamat, padahal kau terluka parah saat itu--"

"Entahlah, Noru--" Flare sepertinya tidak ingin membicarakan kejadian yang telah menimpanya beberapa saat yang lalu.

___

Kayon mengundang Flare dan Noru ke Istana. Kayon sudah sangat tergila-gila dengan penampilan Flare dan Noru. Tuan Muda itu akan memberikan sebuah hadiah bagi keduanya--karena penampilan mereka yang sangat memukau. Kepala rumah tangga istana lalu mengantarkan keduanya menemui Yang Mulia Tuan Muda Kayon.

"Flare, raja muda ini sangat temperamental. Salah bicara bisa membuatnya tersinggung dan murka. Sebaiknya kau bicara seperlunya saja, untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan."

"Baik."

Tidak berapa lama muncul Kayon yang langsung menduduki singgasananya. Lalu dia memberi isyarat kepada para pengawalnya untuk meninggalkan ruangan. Setelah duduk, diperhatikannya kedua seniman yang sudah berdiri dihadapannya. Noru langsung membungkukkan tubuhnya--memberi hormat.

"Pstt--bungkukkan badanmu." Noru berbisik pada Flare yang tetap bediri dan bergeming. Melihat hal itu Kayon tertawa terbahak-bahak.

"Sebuah keberanian, gadis bertopeng ini menolak memberi hormat kepadaku?"

"Maaf, Tuan Muda. Gadis ini buta dan tidak mengerti apa yang harus dilakukannya."

"Baiklah. Apakah kalian tahu, kenapa aku ingin bertemu kalian berdua?"

"Kami belum sepenuhnya mengetahui, apa yang menjadikan kami harus menghadap Tuan Muda."

"Aku suka sekali dengan penampilan kalian berdua, untuk itu aku akan memberikan kalian berdua sedikit bonus. Nanti biar kepala rumah tangga istana yang mengurus hal itu. Sekarang, aku ingin melihat gadis buta bertopeng ini bernyanyi dengan diiringi biola."

"Baik, Tuan Muda Kayon."


-Tuan Muda Kayon? Flare bertanya dalam hati. Sungguh ia merasa pernah mengenali suara dan nama itu; 'Kayon'. Apakah ingatannya mulai pulih? Ada dua hal yang diingatnya sekarang, Kayon dan Silver Pendant.

_____

To be continued

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun