Mohon tunggu...
Devi Ayu Vedani Putri
Devi Ayu Vedani Putri Mohon Tunggu... Guru

Seorang pendidik yang percaya bahwa belajar adalah proses seumur hidup. Saat ini, saya sedang menempuh studi S2 Pendidikan IPA untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan. Kompasiana ini menjadi sarana bagi saya untuk memublikasikan karya ilmiah dan refleksi seputar dunia pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi Pendidikan: Untuk Apa Kita Terus Belajar?

15 September 2025   22:32 Diperbarui: 15 September 2025   22:32 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Metode Perolehan Pengetahuan: Bagaimana pengetahuan itu didapatkan? Apakah melalui ceramah (transmisi pengetahuan dari guru ke murid), diskusi (konstruksi pengetahuan bersama), eksperimen (penemuan pengetahuan), atau refleksi (memaknai pengalaman)? Setiap metode mencerminkan asumsi epistemologis yang berbeda tentang bagaimana manusia belajar paling efektif.

  • Validitas Pengetahuan: Bagaimana kita tahu bahwa pengetahuan yang diajarkan itu benar? Apakah kebenaran bersifat koheren (sesuai dengan sistem pengetahuan yang ada), korespondensi (sesuai dengan kenyataan), atau pragmatis (berguna dalam praktik)? Dalam pendidikan, ini berarti guru harus mampu memverifikasi kebenaran informasi yang diajarkan dan membimbing siswa untuk melakukan hal yang sama.

  • Bayangkan seorang guru sains yang mengajar tentang ekosistem. Jika sang guru menganut epistemologi empiris, ia akan mengajak siswanya langsung ke taman atau hutan untuk mengamati ekosistem secara langsung (observasi). Jika ia lebih rasionalis, ia akan menyajikan diagram, model, dan teori tentang interaksi antar organisme. Jika ia konstruktivis, ia akan memfasilitasi diskusi dan proyek kelompok agar siswa membangun sendiri pemahaman mereka tentang ekosistem. Jadi, epistemologi pendidikan membentuk metode dan cara kita belajar.


    Aspek Aksiologi Pendidikan: Untuk Apa Kita Belajar?

    Aksiologi, sebagai cabang filsafat yang membahas teori nilai, dalam pendidikan mempertanyakan "untuk apa pendidikan itu ada?" dan "nilai-nilai apa yang ingin ditanamkan?". Ini adalah tentang tujuan, moralitas, dan makna dari seluruh proses pendidikan.

    Pendidikan bukan hanya tentang mengisi kepala dengan fakta, tetapi juga membentuk karakter dan nilai. Aksiologi mempertanyakan nilai-nilai yang menjadi dasar dan tujuan pendidikan.

    • Tujuan Pendidikan: Apakah tujuan pendidikan semata-mata untuk mendapatkan pekerjaan (nilai instrumental), ataukah untuk mencapai kebijaksanaan dan kebahagiaan (nilai intrinsik)? Apakah untuk menciptakan warga negara yang patuh, atau individu yang kritis dan mampu memperjuangkan keadilan sosial? Pandangan aksiologis ini akan sangat mempengaruhi desain kurikulum dan strategi pengajaran.

    • Etika dalam Pendidikan: Ini berkaitan dengan nilai-nilai moral. Bagaimana pendidikan menanamkan kejujuran, tanggung jawab, empati, dan keadilan? Apakah ada mata pelajaran khusus untuk ini, ataukah nilai-nilai ini diintegrasikan ke dalam setiap aspek pembelajaran? Contoh etika dalam pendidikan adalah menolak plagiarisme atau mengajarkan sportivitas dalam olahraga.

    • Estetika dalam Pendidikan: Ini berkaitan dengan nilai-nilai keindahan dan apresiasi seni. Bagaimana pendidikan mengembangkan sensitivitas siswa terhadap seni, musik, sastra, dan keindahan alam? Pendidikan seni, musik, dan sastra bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana untuk mengembangkan kepekaan dan kreativitas.

    • Nilai Sosial dan Budaya: Bagaimana pendidikan berperan dalam melestarikan, mengembangkan, atau mengkritisi nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat? Pendidikan dapat menjadi agen perubahan sosial, mengajarkan toleransi dan pluralisme di tengah masyarakat yang beragam.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun