Degup ini seakan berlari kencang, memecah ruang pikiran dan asa.
Meredup bagai api di tengah hujan.
Mengapa kau buat semangat itu pudar ?
Langkah sepatu yang tak asing kudengar,
mematahkan nyanyian harapan hati di relung jiwa.
Dipandangnya  perih tatapan yang hampa di sebrang sana.
Berbalut kasih, kau genggam jemari ini erat.
Semburat senyum terlukis di hadapanku.
Mewakili sejuta cerita indah di kala itu.
Menghias tiap patahan yang terluka.
Merangkul raga yang letih batinnya.
Tak disangka, saatnya pun tiba
Kita.
Kau dan aku.
Berjuang mengatasi jarak, dengan tanpa membunuh rindu.
Kata mereka, rindu adalah potongan kecil dari kebahagiaan.
Namun,
bukankah rindu dan air mata saling berteman baik?
Padahal menurut ku, pertemanan mereka merapuhkan.Â
Apalah daya, waktu terus bergulir.
Kau akan terus bersinar
memancarkan setiap cahaya terangmuÂ
menuju arah yang telah di gambar- Nya.
Tetapi,
jangan biarkan jarak jadi egois.
Melebarkan dirinya,
sampai tak terukur.
Yang akan membuat kau lebih jauh
dari sekedar pergi.
Akankah jumpa mampu lepaskan dahaga jiwa ?