Mohon tunggu...
Fiksiana

Monolog Kalbu

17 Oktober 2016   23:40 Diperbarui: 17 Oktober 2016   23:57 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Degup ini seakan berlari kencang, memecah ruang pikiran dan asa.

Meredup bagai api di tengah hujan.

Mengapa kau buat semangat itu pudar ?

Langkah sepatu yang tak asing kudengar,

mematahkan nyanyian harapan hati di relung jiwa.

Dipandangnya  perih tatapan yang hampa di sebrang sana.


Berbalut kasih, kau genggam jemari ini erat.

Semburat senyum terlukis di hadapanku.

Mewakili sejuta cerita indah di kala itu.

Menghias tiap patahan yang terluka.

Merangkul raga yang letih batinnya.

Tak disangka, saatnya pun tiba

Kita.

Kau dan aku.

Berjuang mengatasi jarak, dengan tanpa membunuh rindu.

Kata mereka, rindu adalah potongan kecil dari kebahagiaan.

Namun,

bukankah rindu dan air mata saling berteman baik?

Padahal menurut ku, pertemanan mereka merapuhkan. 

Apalah daya, waktu terus bergulir.

Kau akan terus bersinar

memancarkan setiap cahaya terangmu 

menuju arah yang telah di gambar- Nya.

Tetapi,

jangan biarkan jarak jadi egois.

Melebarkan dirinya,

sampai tak terukur.

Yang akan membuat kau lebih jauh

dari sekedar pergi.

Akankah jumpa mampu lepaskan dahaga jiwa ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun