SAJAK SUARA
Karya: Wiji Thukul
Â
Sesungguhnya suara itu tak bisa
diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan
nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah
jiwaku
Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu:
pemberontakan!
Sesungguhnya suara itu bukan
perampok
yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
Sesungguhnya suara itu akan
menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti
kutukan!
Â
Bagian Interpretasi Awal
      Puisi "Sajak Suara" karya Wiji Thukul adalah salah satu karya sastra yang memiliki makna mendalam disertai penggambaran emosi yang luar biasa. Puisi ini berisikan penggambaran suasana Indonesia semasa peperangan. Melalui pendekatan mimetik, puisi ini dapat dipahami bahwa ia adalah gambaran dari sebuah keresahan, perjuangan, dan perlawanan rakyat kecil kepada penguasa negri. Kata suara di sini bukan suara yang sesungguhnya. Ia berguna sebagai simbol kebebasan. Suara bermakna sebagai simbol aspirasi masyarakat yang bebas dan seharusnya tidak bisa dibungkam.
Bagian Analisis-Deskripsi