Hal yang sangat disayangkan ketika kami berkunjung tak lain, kami datangnya pada hari biasa bukan pada hari Jum'at. Kenapa? Karena ada satu tradisi unik yang hanya dilakukan pada ibadah sholat jum'at yaitu azan dengan tujuh muazin, bukan cuma seorang muazin seperti yang biasa disaksikan di masjid-masjid pada umumnya.
papan pengunguman/ dethazyo
Dapat dibayangkan bagaimana harmonisasi suara muazin dalam melantunkan azan dengan 7 orang memanggil para jama'ah un'uk sholat jum'at. Jikalau dapat mengabadikannya melalui mata kepala sendiri, maka diri pribadi rasanya dapat menjadi orang yang paling beruntung saat itu. Ingat, hanya di Masjid Agung Cirebon, bukan di masjid lainnya.
peserta kotekatrip didepan masjid agung sang cipta rasa/ dethazyo
Meski belum beranjak ke tempat lainnya di Cirebon, bisa menginjakkan kaki ditempat bersejarah ini dapat menjadi salah satu momen terbaik dalam hidup. Untuk itu, selepas melakukan ibadah sholat dzuhur di tempat tersebut, semangat rasanya kembali mengisi jiwa & raga yang melaksanakan ibadah puasa kala itu. Maka diripun bersiap menyerap keunikan lainnya yang ada dalam bumi cirebon. Jadi, tunggu cerita berikutnya ya.
Keraton Kasepuhan, Keraton Tertua dan Termegah di Cirebon
di depan keraton kasepuhan cirebon/ dethazyo
Seumur-umur belajar mengenai sejarah tanah air, sekalipun bukan berasal dari jurusan sejarah, entah mengapa prihal tiga keraton yang mendiami tana Cirebon, Jawa Barat, nyaris tak tersentuh. Entah cerita tentang berdirinya keraton kasepuhan yang megah, ataupun cerita Keraton Kanoman, yang banyak orang katakan sebagai keraton tandingan, serta cerita tentang Keraton Kacirebonan yang hadir sebagai keraton termuda.
Dari ketiga keraton tersebut hanya dua buah keraton saja yang dijelajahi (Kasepuhan & Kanoman), alasan waktu membuat Keraton Kacirebonan tak sempat dikunjungi. Namun untuk lain waktu, guna memperdalam pengetahuan, ketiganya akan dikunjungi lagi.
Setelah menghabiskan waktu dengan beribadah sejenak di Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang berada di Komplek Keraton Kasepuhan, maka destinasinya berikutnya mudah di tebak, apalagi coba selain Keraton Kasepuhan, Keraton dengan predikat termegah sekaligus tertua yang ada di tana Cirebon, karena tercatat mulai dibangun pada 1527.
Untuk memasuki Keraton, biaya sebesar Rp. 15.000 harus dikeluarkan sebagai tiket masuk. Itu sudah termasuk dengan didampingi oleh seorang guide yang setia menemani sembari menjelaskan banyak hal terkait bangunan yang mengadopsi 5 gaya arsitektur (Jawa, Sunda, Islam, Eropa, dan Cina).
Gaya arsitektur inilah yang membuat keraton Kasepuhan memiliki nilai sejarah yang tinggi. Betapa tidak, saat awal memasuki komplek Keraton, Siti Inggil ialah tempat yang kami lalui terlebih dahulu, Siti Inggil yang berarti 'Tanah yang ditinggikan' memiliki fungsi sebagai tempat untuk melihat langsung upacara prajurit di alun-alun kota.
memasuki area siti inggil/ dethazyo
Di area Siti Inggil ini memiliki 5 bangunan dengan nama dan fungsi tersendiri. Pertama, Mande Malang Semirang, bangunan ini dulunya merupakan tempat Sultan melihat latihan prajurit dan melihat pelaksanaan hukuman, dengan 6 tiang utama yang melambangkan rukun iman (islam), yang jika dijumlahkan total akan menjadi 20 buah tiang dengan artian 20 sifat dari Sang Pencipta, Allah Swt.
Tiang penyangga di Mande Malang Sembirang/ dethazyo
Beralih ke bangunan kedua dengan nama Mande Pandawa Lima, bangunan ini dulunya tempat para pengawal pribadi sultan. Kala sultan berada di Malang Semirang, para pengawal pribadinya menanti dengan setia di tempat ini. Bangunan ini secara keseluruhan memiliki 5 tiang penyangga yang melambangkan rukun islam.