Mohon tunggu...
Desy Ratna Sari
Desy Ratna Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Pamulang

Saya percaya bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh dan berkembang. Mari kita hadapi dengan keberanian dan optimisme.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Tantangan dan Harapan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025

25 Mei 2025   15:58 Diperbarui: 25 Mei 2025   15:58 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Desy Ratna Sari,Universitas Pamulang ratnasdesy22@gmail.com

Nafita Aulia Sassabila,Universitaas Pamulang fita02022006@gmail.com

Pendahuluan

Perekonomian Indonesia tengah berada di persimpangan penting menjelang paruh kedua tahun 2025. Bank Indonesia (BI), melalui pernyataan resmi Gubernur Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada 21 Mei 2025, memperbarui proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional menjadi 4,6% hingga 5,4%. Angka ini menunjukkan adanya penurunan tipis dari proyeksi sebelumnya yang berada pada kisaran 4,7% hingga 5,5%.

Penurunan proyeksi pertumbuhan ini tidak terlepas dari hasil realisasi Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama 2025 yang hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,87% secara tahunan. Angka ini menurun dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu dan menjadi indikator bahwa tekanan global maupun keterbatasan daya dorong domestik masih menjadi tantangan utama.

Dalam konteks ini, koordinasi antara kebijakan fiskal pemerintah dan bauran kebijakan moneter serta makro prudensial dari Bank Indonesia (BI) menjadi kunci untuk menjaga momentum pemulihan. Selain untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan suku bunga, upaya mendorong digitalisasi sistem pembayaran dan penguatan sektor ekspor juga menjadi bagian dari strategi yang akan menentukan arah pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakstabilan ekonomi global.

Pembahasan

Revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh Bank Indonesia (BI) mencerminkan kehati-hatian dalam mengelola ekspektasi pasar sekaligus menunjukkan urgensi reformasi struktural yang lebih dalam. Beberapa faktor utama yang mengakibatkan perlambatan ekonomi Indonesia di awal 2025 mencakup penurunan permintaan global, ketidakpastian geopolitik, serta tekanan inflasi dari sisi suplai. Di tengah situasi tersebut, peran permintaan domestik menjadi semakin vital untuk menopang aktivitas ekonomi.

Perry Warjiyo menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik pada semester kedua 2025. Hal ini akan ditopang oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, dan investasi sektor swasta. Pemerintah diharapkan dapat mempercepat realisasi belanja, khususnya pada infrastruktur dan program sosial, guna mendorong efek berganda terhadap lapangan kerja dan pendapatan masyarakat. Selain itu, insentif fiskal strategis dan kemudahan berusaha bagi investor domestik maupun asing diharapkan menjadi pemicu utama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) menunjukkan respons yang proaktif dengan melakukan kembali pemangkasan suku bunga acuan menjadi 5,5%, pemangkasan kedua yang dilakukan pada tahun ini. Dengan tujuan untuk memberikan ruang likuiditas dan dorongan terhadap sektor riil. Langkah ini juga dilengkapi dengan komitmen Bank Indonesia (BI) untuk terus memperkuat bauran kebijakan, termasuk stabilisasi nilai tukar rupiah, pengendalian inflasi, dan perluasan digitalisasi sistem pembayaran. Dalam jangka menengah, digitalisasi diharapkan menjadi salah satu pendorong utama efisiensi dan inklusi keuangan yang akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.

Kesimpulan

Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 mengalami penyesuaian ke bawah, kondisi ini tidak serta merta mencerminkan pesimisme. Justru, hal ini menunjukkan kewaspadaan Bank Indonesia (BI) dalam menyikapi dinamika global dan domestik yang berubah cepat. Optimisme tetap ada, terutama terhadap potensi pemulihan pada paruh kedua tahun ini yang dipicu oleh belanja pemerintah dan peningkatan konsumsi masyarakat.

Untuk menjaga momentum pertumbuhan, sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter harus diperkuat. Pemerintah perlu mengakselerasikan program-program strategis yang dapat mendorong produktivitas dan investasi. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) harus tetap sigap merespons gejolak pasar keuangan global serta memastikan stabilitas sistem keuangan domestik. Dengan bauran kebijakan yang adaptif dan terkoordinasi, Indonesia berpeluang menjaga laju pertumbuhan yang sehat di tengah tantangan global.

Pada akhirnya, arah ekonomi Indonesia sangat bergantung pada kemampuan semua pihak untuk membaca peluang di tengah krisis. Meningkatkan efisiensi, mendorong inovasi, dan memperluas pasar ekspor menjadi langkah konkret yang perlu segera diwujudkan. Dengan fondasi ekonomi yang kuat dan strategi yang tepat sasaran, Indonesia mampu menjadi salah satu kekuatan ekonomi utama di kawasan Asia Tenggara.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun